REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Jerman telah menyaksikan meningkatnya rasisme dan Islamofobia dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan dalam tiga bulan tercatat sekitar 15 masjid diserang sejak April sampai Juni 2020. Puluhan Muslim juga diserang secara fisik atau dilecehkan secara verbal di jalan atau tempat umum.
Daily Sabah melaporkan, sembilan Muslim terluka dalam serangan ini. Jumlah masjid dan Muslim yang diserang itu adalah data terbaru yang dirilis Kementerian Dalam Negeri Jerman.
Sementara penyelidikan kriminal diluncurkan terhadap beberapa tersangka, sejauh ini belum ada penangkapan, kata Kementerian Dalam Negeri.
Hampir 40 dari kejahatan rasial anti-Muslim tercatat di Ibu Kota Berlin. Dilansir dari Farsnews, Sabtu (10/10)
Aksi rasisme dan kekerasan dipicu propaganda kelompok neo-Nazi dan partai oposisi sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD), yang didirikan pada 2013. Ia pertama kali memperoleh kursi di parlemen nasional setelah pemilu pada 2017.
Kejahatan rasial anti-Muslim juga didorong kemarahan pemilih atas keputusan Kanselir Jerman Angela Merkel untuk menyambut pencari suaka dari Timur Tengah dan Afrika.
Partai tersebut sering mendapat kecaman karena mengekspresikan sentimen anti-Islam dan anti-migran. Dukungan nasional untuk AfD telah turun dari 14 persen pada September 2019 menjadi 8 persen. Menurut survei yang dilakukan lembaga survei Berlin Forsa.
Sebagai negara berpenduduk lebih dari 80 juta orang, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Jumlahnya hampir 4,7 juta Muslim di negara itu, tiga juta Muslim berasal dari Turki.
Sumber: https://en.farsnews.ir/newstext.aspx?nn=13990718000273