Sabtu 10 Oct 2020 16:02 WIB

Yahudi Lebih Sedikit dari Islam, tapi Mengapa Mereka Kuat?

Yahudi meski jumlah mereka sedikit tetapi mereka bisa menguasai dunia.

Yahudi meski jumlah mereka sedikit tetapi mereka bisa menguasai dunia. Simbol Yahudi, ilustrasi
Yahudi meski jumlah mereka sedikit tetapi mereka bisa menguasai dunia. Simbol Yahudi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Saat KTT OKI di Malaysia, Oktober 2003, PM Malaysia ketika itu, Mahathir Mohamad, sudah mengingatkan, Yahudi memerintah dunia dengan proksi, melalui tangan negara-negara besar. Kata Mahathir: ''The European killed six million Jews out of 12 million. But today the Jews rule this world by proxy.''

Kaum Yahudi internasional marah atas pidato Mahathir dan menyerukan boikot terhadap Malaysia. Namun, usaha Yahudi itu tak berhasil. Banyak kepala negara/pemerintahan Barat marah kepada Mahathir. PM Autsralia ketika itu, John Howard langsung menyerang Mahathir, seraya menyebut ungkapan Mahathir ''berbahaya dan menjijikkan''. 

Baca Juga

Melalui pidatonya, Mahathir sebenarnya bermaksud mengajak umat Islam merenungkan kembali posisi mereka. Mengapa sebagai umat besar tidak dapat berbuat banyak. Dia kemudian membandingkan dengan Yahudi, yang selama 2000 tahun ditindas, lalu berhasil bangkit, menggunakan strategi mengandalkan 'otak' dan ilmu pengetahuan.

Dari segi jumlah, dibandingkan Islam dan Kristen, Yahudi sangat kecil. Dalam Atlas of The World's Religions, disebutkan jumlah pemeluk agama Yahudi 15.050.000. Meskipun demikian, mereka adalah para pekerja tangguh dan memiliki perencanaan jelas dalam pergerakan mewujudkan negara Israel. 

Dalam Kongres Zionis I di Basel, 1897, pendiri Zionisme modern, Theodore Herzl, sudah mencanangkan berdirinya negara Yahudi, 50 tahun kemudian. Rancangan itu terwujud dengan berdirinya negara Israel 14 Mei 1948. 

Dalam pidatonya, Mahathir sebenarnya menekankan umat Islam belajar dari sejarah Yahudi. Bagaimana bangsa kecil yang mengalami penindasan 2000 tahun ini berhasil survive dan bahkan kemudian menjadi salah satu kekuatan dunia (world power). Ia menekankan, Yahudi selamat lebih karena menggunakan 'otak', dan bukan hanya kekuatan fisik. 

Bagian pidato Mahathir yang sangat menohok bangsa Yahudi adalah pernyataannya, bahwa Yahudi bukanlah bangsa yang tak dapat dikalahkan Kata Mahathir,''Inilah saatnya kita berhenti sejenak dan berpikir. Jika kita dapat berhenti sejenak dan berpikir, kemudian kita mampu menghasilkan satu rencana, satu strategi yang dapat mengantarkan kita pada kemenangan akhir.''

Meminjam istilah Mahathir, sudah saatnya dunia Islam termasuk kaum Muslim di Indonesia mulai berpikir serius dalam merumuskan srategi perjuangan melawan Yahudi. Sebelum melakukan perlawanan, umat Islam harus tahu persis, di mana posisi-posisi Yahudi di Indonesia: Perusahaan mana saja yang dibiayai Yahudi. Siapa saja pendukung-pendukungnya di Indonesia. Bagaimana cara mereka menguasai umat Islam.

Semua itu harus dipelajari dan dikaji dengan serius oleh umat Islam, agar tidak salah dalam melangkah dan menyusun program perjuangan; agar tidak sporadis dalam melawan kekuatan Yahudi yang sudah menggurita di berbagai sektor kehidupan: Informasi, studi dan pemikiran Islam, keuangan, sampai barang-barang konsumsi rumah tangga.

Perjuangan melawan hegemoni Yahudi dan kroninya adalah perjuangan panjang dan membutuhkan keseriusan, ilmu dan kesabaran. Dalam istilah Ustad Syuhada Bachri, tokoh Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, sudah saatnya umat Islam melakukan kerja keras dan kerja cerdas. Maka, sudah saatnya umat Islam berusaha keras membangun posisi kemandiriannya, terutama dalam pemikiran, budaya, dan ekonomi.

Sangatlah sulit dibayangkan, bagaimana kaum Muslim mau melawan Yahudi, sedangkan untuk air minum saja, umat Islam masih merasa nyaman mereguk air kemasan produk Yahudi. Dan sangatlah mustahil mengalahkan Yahudi dan kroninya, jika untuk pemikiran Islam saja, kampus-kampus berlabel Islam bangga menerapkan metode penafsiran Bibel Yahudi untuk penafsiran Alquran. Wallahu a'lam.

*Naskah penggalan artikel Dr Adian Husaini yang tayang di Harian Republika pada 2006. 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement