REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Australia mencatat tidak ada kematian akibat virus corona jenis baru 2019 (Covid-19) selama tiga hari berturut-turut, Sabtu (10/10). Akan tetapi episentrum Covid-19 di Kota Melbourne harus menghadapi lockdown yang berkepanjangan karena infeksi baru masih berada di atas target untuk pembukaan kembali.
Dilansir Reuters, Sabtu (10/10), negara bagian tenggara Victoria melaporkan 14 kasus baru. Yakni meningkatkan rata-rata dua pekan sedikit menjadi 9,5 atau dua kali lipat dari target kurang dari lima yang ditetapkan untuk pelonggaran pembatasan di ibu kotanya Melbourne dalam waktu delapan hari.
Begitu target terpenuhi, kata perwakilan pemerintah negara bagian itu, mereka akan mencabut semua larangan meninggalkan rumah serta mengizinkan pertemuan publik hingga 10 orang. Lalu mengizinkan beberapa kunjungan rumah tangga, makan di luar ruangan, dan pembukaan kembali semua toko.
Namun, Perdana Menteri negara bagian Victoria Daniel Andrews memupuskan harapan untuk pelonggaran yang lebih luas tersebut. "Saya pikir tidak mungkin bahwa kami akan dapat mengambil langkah besar seperti yang kami harapkan untuk diambil pekan depan," kata Andrews.
Meski demikian, dia menolak berkomentar tentang pembatasan apa yang mungkin dicabut. Dia berpendapat bahwa tidak ada opsi lainnya.
“Karena jika tidak, kita akan benar-benar mendapatkan sinar matahari selama lima menit dan kita akan bolak-balik masuk dan keluar dari pembatasan sepanjang musim panas dan sepanjang tahun 2021,” ungkapnya.
Negara bagian New South Wales terpadat di Australia melaporkan tiga kasus baru pada, Sabtu (10/10). Sementara negara bagian Queensland memiliki satu kasus baru.
Berdasarkan penghitungan nasional total kasus yang terjadi melebihi 27,200 infeksi dan 897 kematian, atau diklaim jauh lebih sedikit daripada kebanyakan negara kaya. Adapun negara tetangga Australia, Selandia Baru, melaporkan empat kasus baru pada, Sabtu (10/10), dan semua pelancong yang kembali ke negara tersebut wajib dikarantina.