REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketika kebanyakan liga lain tiarap, tatkala hampir semua klub Eropa menjerit diiris pisau resesi, Liga Primer Inggris tetap angkuh berdiri di tengah badai krisis virus corona.
Bundesliga boleh saja membanggakan diri dengan Bayern Muenchen-nya yang sukses menjuarai Liga Champions, La Liga dengan kementerengan Real Madrid dan Barcelona-nya, atau Ligue 1 Prancis dengan Paris Saint Germaint-nya yang pemiliknya bisa membuat siapa pun menjadi pemain paling mahal di dunia.
Namun semuanya kalah sangar dari Liga Premier yang walaupun juga dibuat nestapa oleh hilangnya pemasukan dari penonton, tetap bisa jor-joran berbelanja guna membangun skuat yang bisa merebut trofi apa saja.
Bayangkan, dari total Rp57 triliun yang dihabiskan lima liga elite Eropa selama musim panas yang menjadi bursa transfer pertama di tengah pandemi, 43 persen di antaranya dibelanjakan oleh klub-klub Liga Inggris.
Liga Inggris menghabiskan 1,26 miliar pound (Rp24,1 triliun) untuk membeli tiga pemain termahal Liga Inggris musim panas ini --Kai Havertz, Ruben Dias, dan Timo Werner-- selain puluhan lainnya baik produk asing maupun lokal. Hanya Burnley yang tak berbelanja karena neraca keuangan yang dibuat cekak oleh pandemi.
Angka itu hampir dua kali jumlah dana yang dihamburkan Serie A Italia yang memompakan 686,47 juta pound atau sekitar Rp13,1 triliun.
Bagi negara yang pernah menjadi episentrum global pandemi yang membuat perekonomiannya lumpuh sampai-sampai menghiba bantuan Uni Eropa, pengeluaran klub-klub Liga Italia itu amatlah mengejutkan.
Apalagi jika dibandingkan dengan Jerman yang menjadi contoh sukses mengendalikan pandemi dan sekaligus dalam mengelola perekonomian selama diserang COVID-19.
Ironisnya total belanja Bundesliga tidak saja di bawah Liga Italia tetapi juga kalah agresif dari Ligue 1 Prancis dan La Liga Spanyol. Padahal, Prancis dan Spanyol, selain juga Inggris dan Italia, adalah empat negara di Eropa terparah diserang pandemi, termasuk dampaknya terhadap perekonomian.
Ligue 1 yang menghabiskan 385,67 juta pound (Rp7,3 triliun) dikuntit La Liga yang membenamkan dana 365,94 juta pound (Rp7 triliun), sedangkan Bundesliga "hanya" mengeluarkan 290,43 juta pound (Rp5,5 triliun).
Besarnya uang yang dihabiskan untuk belanja pemain selama pandemi ini membuat krisis virus seolah tidak menimpa klub-klub sepak bola benua itu. Kenyataannya tidak demikian, apalagi itu lebih didorong oleh jual beli pemain di antara mereka, selain injeksi dana dari pemilik.