Rabu 14 Oct 2020 14:56 WIB

ICRC Minta Gencatan Senjata Azerbaijan-Armenia Dipatuhi

ICRC menyebut warga sipil menjadi korban perang Azerbaijan dan Armenia

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri Azerbaijan mengklaim menunjukkan rumah-rumah yang diduga rusak akibat penembakan baru-baru ini di Ganja, Azerbaijan, 11 Oktober 2020.
Foto: EPA-EFE/AZERBAIJAN FOREIGN MINISTRY PRESS
Sebuah foto selebaran yang disediakan oleh Kementerian Luar Negeri Azerbaijan mengklaim menunjukkan rumah-rumah yang diduga rusak akibat penembakan baru-baru ini di Ganja, Azerbaijan, 11 Oktober 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Direktur Regional Komite Internasional Palang Merah (ICRC) Eurasia, Martin Schuepp mengatakan, gencatan senjata di zona konflik Nagorno Karabakh harus dipenuhi. Dia merujuk pada banyaknya korban sipil yang terkena dampak di seluruh wilayah konflik.

"Hari ini, kita berada lebih dari dua pekan ke dalam periode kekerasan yang intens karena konflik Nagorno-Karabakh meningkat. Kami memperkirakan ada ratusan ribu orang yang terkena dampak di seluruh wilayah," ujar Schuepp seperti dikutip laman Armen Press, Rabu (14/10).

Baca Juga

Warga sipil banyak yang sekarat atau menderita luka sehingga mengubah hidup mereka. Rumah, bisnis, dan jalan yang dulunya sibuk direduksi menjadi puing-puing. Orang tua dan bayi termasuk di antara mereka yang terpaksa menghabiskan berjam-jam di ruang bawah tanah tanpa pemanas atau meninggalkan rumah mereka demi keselamatan.

Selain itu, fasilitas kesehatan, petugas kesehatan, dan layanan ambulans berusaha keras untuk mengatasi atau bahkan menderita serangan langsung yang dilaporkan di beberapa tempat. Ada pergolakan, kehilangan, dan ketakutan penduduk sipil di kedua sisi garis kontak.

"Kami sangat berharap bahwa perjanjian gencatan senjata kemanusiaan akan dipatuhi dan akan diterjemahkan menjadi pertolongan yang berarti bagi orang-orang ini," ujarnya.

Karena itu, Komite Palang Merah Internasional tetap siap memfasilitasi penyerahan jenazah yang tewas dalam aksi dan pembebasan tahanan. Kedua belah pihak harus menyetujui format di antara mereka sendiri. Pihak ICRC terus berdiskusi dengan mereka, melewati berbagai macam proposal. Pengaturan operasional dan logistik harus ada dan keamanan tim ICRC dijamin, untuk memulai operasi.

ICRC Eurasia juga mengatakan akan bekerja sama dengan Palang Merah Armenia dan Bulan sabit Merah Azerbaijan untuk menanggapi keadaan darurat ini. Pihaknya memproyeksikan bahwa setidaknya puluhan ribu orang di seluruh wilayah akan membutuhkan bantuan selama beberapa bulan ke depan.

ICRC Eurasia telah mengeluarkan permohonan dasar darurat sebesar 9,2 juta Franc Swiss tambahan dan telah mulai menerima sumbangan kedermawanan dari pemerintah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement