Rabu 14 Oct 2020 16:51 WIB

Jadikan Bekerja dan Bermuamalah, Ibadah di Masa Pandemi 

Semen Padang dan BSM gelar webinar untuk perkuat mental hadapi pandemi.

Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Prof  KH M Cholil Nafis, Lc, MA, PhD tampil sebagai narasumber  webinar dengan tema, ”Bekerja dan Bermuamalah Sebagai Ibadah di Masa Pandemi” yang digelar PT Semen Padang bekerjasama dengan Bank Syariah Mandiri pada Rabu (14/10).
Foto: Dok PTSP
Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Prof KH M Cholil Nafis, Lc, MA, PhD tampil sebagai narasumber webinar dengan tema, ”Bekerja dan Bermuamalah Sebagai Ibadah di Masa Pandemi” yang digelar PT Semen Padang bekerjasama dengan Bank Syariah Mandiri pada Rabu (14/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- PT Semen Padang bekerja sama dengan Bank Syariah Mandiri (BSM),  menggelar  webinar dengan tema, ” Bekerja dan Bermuamalah Sebagai Ibadah di Masa Pandemi”, pada Rabu (14/10).  Webinar ini menghadirkan Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Prof KH M Cholil Nafis Lc, MA, PhD sebagai narasumber.

Direktur Keuangan PT Semen Padang Tubagus M Dharury menyampaikan terima  kasih  kepada Bank Mandiri Syariah yang sudah bekerja  sama dengan PT Semen Padang dalam melaksanakan webinar.

“Pandemi Covid-19  sedikit banyak mengubah pola hidup kita sehari-hari, mengubah seluruh kebiasaan kita dalam banyak hal. Dari mulai cara kita bekerja, belajar, dan berinteraksi dengan orang lain. Perubahan-perubahan ini jika tidak ditanggapi dengan baik dalam bentuk adaptasi, tidak menutup kemungkinan akan berdampak negative terhadap kehidupan kita,” kata Tubagus seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Webinar tersebut dihadiri  Direktur Produksi PT Semen Padang,  Firdaus;  Group Head Funding, Hajj and Umra BSM, Vita Andrianty; Region Head RO2 Sumatera 2 BSM,  Dedy Suryadi Dharmawan; karyawan/ti Semen Padang Grup;   ibu – ibu dari Forum Komunikasi Istri Karyawan; serta  karyawan SIG  dan Bank Mandiri Syariah.

Tubagus mengatakan, webinar dengan tema ibadah ini sangat dibutuhkan di saat pandemi seperti sekarang. “Sehingga,  kita mendapatkan siraman rohani yang harapannya dapat memperkuat mental kita dalam menghadapi cobaan pandemi ini,” tuturnya.

Pada kesempatan itu Tubagus mereview kembali tentang tujuan penciptaan manusia di muka bumi sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah.   Dalam Surat Az-Zariyat ayat 56 Allah berfirman, "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." 

Kemudian dalam Surat Al-Baqarah ayat 30 Allah berfirman, "Ingatlah    ketika    Tuhanmu    berfirman    kepada    para    malaikat: ‘Sesungguhnya  Aku  hendak  menjadikan  seorang  khalifah  di  muka  bumi.’  Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang  yang  akan  membuat  kerusakan  padanya  dan  menumpahkan  darah, padahal  kami  senantiasa  bertasbih  dengan  memuji  Engkau  dan  mensucikan Engkau?’  Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’” 

"Jadi fitrah kemanusiaan kita adalah jadi hamba Allah. Untuk itu setiap tindak tanduk kita sebagai manusia harus mendapatkan ridho dari Allah SWT" kata Tubagus.

Manusia hidup di bumi ini, katanya, sebagai makhluk menyandang posisi sebagai pemimpin untuk kelangsungan hidupnya. "Umat manusia mengelola sumber daya di muka bumi ini haruslah dengan penuh tanggung jawab. Allah menciptakan  keteraturan di muka bumi dan manusia tidak boleh merusak harmoni," katanya. 

Terkait dakwah dan muamalah, Tubagus mengatakan, dakwah bisa dilakukan dengan lisan dan perbuatan baik  pada diri sendiri, karib keluarga, dan komunitas. Dakwah tidak boleh memaksa. Sedangkan muamalah adalah aturan Allah tentang bagaimana berinteraksi dengan sesama manusia. "Dalam masa pandemi ada aturan yang ditaati dalam bermuamalah sesama manusia," tukasnya.

Group Head Funding, Hajj and Umra BSM,  Vita Andrianty pada kesempatan itu mengatakan, pekerjaan rumah bank syariah saat ini masih panjang. Hal itu dilihat dari  market share perbankan syariah yang baru 8 persen. "Ini menjadi PR bagi kami untuk meliterasi, bersilaturahim dan memberikan pelayanan yang baik agar makin kompetitif," katanya.

"Kami berharap Insya Allah mendapat keberkahan dari Allah dengan berkarya di bank syariah. Semoga Allah menilainya sebagai amal jariah. Ini menjadi energi yang semakin besar bagi kami di masa pandemi, dengan menjadi lebih produktif," katanya.

Bukan sekadar cari  makan

Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Prof   Cholil Nafis  dalam paparannya mengingatkan bahwa dalam Islam bekerja tidak hanya untuk sekadar mencari maisyah (makan), melainkan harus diniatkan sebagai ibadah kepada Allah SWT. 

"Bekerja itu bukan untuk mencari duit semata, namun ada  unsur ukhrawi dan spritual yakni beribadah pada Allah. Ini mesti dipahami dalam konteks berkerja. Kalau ini sudah ada dalam diri karyawan Semen Padang, barangkali tidak perlu lagi repot-repot melaksanakan training. Training hanya untuk silaturahim," kata ulama yang akrab disapa Kiyai Cholil itu.

Kiyai Cholil mengatakan, bekerja merupakan tugas kemanusiaan sebagai khalifah di muka bumi.  Dalam sebuah riwayat diceritakan, seorang sahabat bertanya kepada rasul,"Wahai Rasulullah, mata pencaharian  apakah yang paling baik?" Nabi menjawab, “Pekerjaan dengan tangannya sendiri dan perniagaan/ jasa yang diberi pada orang lain.”

Terkait perniagaan, lanjut Kiyai Cholil,  Rasulullah pernah mengatakan, jika ingin kaya, hendaklah berbisnis. "Tidak perlu didikotomikan antara bekerja dengan tangan sendiri dengan berbisnis. Keduanya bisa dilaksanakan bersamaan. Sambil bekerja dengan tangan sendiri, kita bisa berbisnis juga," kata Staf Pengajar Ekonomi dan Keuangan Syariah Pascasarjana Universitas Indonesia itu.

Pembina Yayasan Investasi Cendekia Amanah itu mengatakan, bila pekerjaan dilandasi ibadah kepada Allah, maka  Allah akan membalasnya dengan pahala. "Misalnya, kalau berhijrah karena allah, akan dapat pahala. Namun kalau hijrah motivasi yang lain semisal untuk menikahi seseorang,  hanya akan mendapatkan apa yang diniatkan di dunia," ulasnya.

Contoh lainnya, memberikan sesuatu kepada orang lain agar dipilih pada pilkada, tidak akan mendapatkan apa-apa, selain mungkin terpilih atau tidak terpilih.  Namun ketika memberi seorang karena empati dan diniatkan karena Allah, akan mendapat pahala.

Pada kesempatan itu,  Kiyai Cholil menekankan, arti fisabilillah bukan hanya untuk orang berjuang dalam perang. Namun  orang yang berusaha mencari penghidupan (maisya) untuk menghidupi kedua orangtuanya, atau keluarganya, merupakan fisabilillah di jalan Allah.

"Ada orang yang berusaha untuk keluarga itu masuk fisabillilah. Namun yang bekerja untuk mencari kesombongan,  banyak duit dan dibangga-banggakan,  tidak boleh. Itu namanya  berusaha di jalan setan," katanya.

Untuk itu, pengasuh Pesantren Cendekia Amanah di Kali Mulia Depok, Jawa Barat itu mengingatkan tentang pentingnya meluruskan niat. 

"Bekerja untuk mencari kekayaan tidak dilarang. Karena yang bisa membayar zakat itu orang kaya. Kaya itu dianjurkan, yang tidak boleh adalah mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak baik," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement