REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr. Margarito Kamis, SH. M.Hum, Pakar Hukum Tata Negara
Menganalogi UU Omnibus Cipta Kerja dengan The Federal Reserve Act, jelas konyol. Dari sifat dan cakupan subtansinya, kedua UU ini tidak memiliki sifat particular untuk disejeniskan atau disepadankan. Jadi tidak mungkin menganalogikan kedua UU ini. Yang hendak dikenali dari dua UU ini adalah politik yang mengitarinya.
UU Omnibus Cipta Kerja, untuk waktu sepanjang proses pembentukannya digaungkan di berbagai kesempatan oleh berbagai kalangan sebagai sarana mengakselerasi investasi. Investor akan berdatangan, karena iklim investasi menyenangkan.
The Federal Reserve Act 1913 disisi lain yang jauh, pada awalnya digemakan oleh kalangan korporat, dengan ilmuan yang telah tergalang. UU ini disodortkan korporat wall street sebagai jawaban tepat, dan diperlukan Amerika untuk mengendalikan inflasi. Itulah golden goalnya, yang dikampanyekan dengan cara yang satu dan lainnya sangat menarik.
Berbeda dengan gagasan Federal Reserve, yang datangnya bercecera begitu luas, asal-usul gagasan RUU omnibus sangat minim datanya. Tak tersedia data yang benar-benar valid, yang menerangkan asal-usul prakarsa politik pembentukan RUU Omnibus ini. Darimana asal-usulnya, tidak jelas.
Menariknya Presiden muncul sebagai pemrakarsa formalnya. Bagaimana Presiden menemukan gagasan ini, menyatakannya secara terbuka pada pidato pelantikan masa jabatan kedua sebagai Presiden di MPR, sekali lagi, tak ersedia data untuk menerangkanya secara akurat.
Tetapi kenyataan itu tidak mengubah kenyataan faktual yakni prakarsa pembentukan RUU itu datang dari Presiden. Prakarsa itu juga dibuktikan dengan kenyataan rancangan UU ini berasal dari Presiden, bukan DPR. Kenyataan ini valid.
Dititik ini terlihat satu perbedaan kecil, tetapi strategis, bila dibandingkan dengan proses pembentukan Federal Reserve Bill, sebelum menjadi Federal Reserve Act. Harus diakui politik pembentukan Federal Reserve bekerja dengan cara yang sangat khas korporasi oligarkis.
Kelompok oligarkis Wall Street ini bekerja sejak kepresidenan William McKinley 1896. William adalah Presiden yang mereka kontrol, berkat kerja politik oligarkis Mark Hannah, J.P Morgan dan Rockeffeler. Takdir bekerja dengan cara yang tidak bisa dioprediksi oleh siapapun, Presiden ini meninggal dunia karena ditembak.
Theodore Rosevelt, wakil muncul menjadi penerusnya. Presiden Tedy ternyata bukan orang yang dapat mereka atur. Tedy, sapaan umum untuk Presiden ini, dikenal anti korporasi. Tetapi waktunya tiba, dan Tedy, presiden anti trust ini, tak berkutik. Menariknya William Howard Taft, Presiden penerusnya, dan kelak menjadi Ketua Mahkamah Agung, dan dikenal juga anti trust, juga tak berkutik.
Permainan dimulai dengan cara yang khas oligarkis . Dimulai dengan financial crisis 1907. Ini terjadi diujung masa jabatan Presiden Tedy Rosevelt. Oligarki ini bekerja secara terorganisir dan sistimastis. Canggih, para guru beasar dari Univeristas digalang bekerja untuk mereka. Cara ini, harus saya akui, tidak cukup jelas terlihat pada politik pembentukan Omnibus Cipta Kerja.
Woodrow Wilson, yang Daren Acemoglu dan James A. Robinson agungkan sebagai politisi progesive, yang sebelumnya menjadi gubernur New Jersey, menjabat Rektor Princeton University, membelah politik Amerika. Eustace Mullins dalam bukunya “Secret of The Federal Reserve, The London Conection” terbit tahun 1952, menemukan kenyataan itu.
Profesor Wilson, menurut Mulins bertindak sebagai juru bicara Nelson Aldrich, senator Republik dari Rhode Island. Ditengah krisis itu Wilson mengeluarkan pernyataan menarik. Amerika, kata Wilson, memerlukan satu komite yang beranggotakan enam atau tujuh orang. Orang-orang ini mencerminkan spirit publik. Dan Wilson memberi J.P Morgan, salah satunya sekadar sebagai contoh, sebagai orang yang tepat menangani masalah (krisis) ini.
Tak lama setelah itu, Nelson Aldrich-Vreeland bahu-membahu dikongres menggolkan satu UU, yang kelak disebut Aldrich-Vreeland Act. UU ini mengotorisasi apa yang dikenal National Monetary Commission. Komite ini dipimpin oleh Nelson Aldrich, sang Senator Republik dari Rhode Island ini.
Frank Fanderlip (Presiden Nation City Bank), Henry P. Davidson, senior partner of J.P Morgan Company, Charles D. Norton (Presiden of the Morgan dominated Firts National Bank of New York), Benjamin Strong as a leutnan of J.P Morgan, dan Paul Warburg dari Kuhn, Loeb menjadi anggotanya.
Bila dibandingkan politik Omnibus, harus diakui pola kerja khas ini, belum ditemukan. Entah pada masa yang akan datang. Tak terlihat guru besar dari universitas top diorganisir dan bekerja secara sitimatis dalam politik UU Omnibus sejauh ini. Ini berbeda betul dengan politik pembentukan The Federal Reserve Bill.
Uestace Mullins mencatat Princeton University, Harvard University dan University of Chicago, terlibat langsung usaha pembentukan the Federal Reserve Bill, sebelum menjadi Federal Reserrve Act.
Mulins menyodorkan beberapa nama, diantaranya Profesor J. Laurence Laughlin dari University of Chicago, Profsor O. M. Spragu dari Harvard University. Murray N. Rothbard dalam artikel berjudul The Origins Of The Federal Reserve, yang dimuat di The Quarterly Journal of Austrian Economic Vol 2, No.2, 1999 menyodorkan Profesor Abram Piatt Anderw dan Thomas Nixon, semuanya dari Harvard University terlibat di dalamnya.
Praktis pada kasus Omnibus Cipta Kerja, tidak ditemukan kenyataan yang dapat dianalogikan dengan Jackyl Island Club game. Tidak seperti Omnibus Cipta Kerja, gagasan teknis Federal Reserve dirancang pada pertemuan di Jackyl Island. Berbeda pula dengan Federal Reserve Bill, UU Ominibus Ciptaker tidak dirancang pada satu tempat tertentu oleh satu kelompok oligarki.
Harus diakui tidak tersedia data terverifikasi dan obyektif yang menunjukan dengan kebenaran tak meragukan keterlibatan anggota DPR, misalnya memimpin dan mengotaki rancangan UU Omnibus ini. Tak ada satu anggota DPR sejauh ini, yang berperan layaknya Nelson Aldrich, Senator Republik, yang dengannya politik pembentukan The Federal Reserve Bill bekerja secara efektif.