Senin 19 Oct 2020 08:10 WIB

Akhiri Drama GTM dengan Ajak Anak Siapkan Makanan

Ada kalanya anak melakukan gerakan tutup mulut (GTM) di waktu jam makan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Ibu dan anak memasak bersama. Orang tua perlu mencari cara untuk mengusir kebosanan anak, termasuk dalam hal makan.
Foto: Republika/Prayogi
Ibu dan anak memasak bersama. Orang tua perlu mencari cara untuk mengusir kebosanan anak, termasuk dalam hal makan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam masa pandemi Covid-19, orang tua perlu mencari cara untuk mengusir kebosanan anak, termasuk saat jadwal makan tiba. Kebosanan juga menjadi salah satu penyebab anak stres di rumah, sehingga makan menjadi tantangan tersendiri dan memicu gerakan tutup mulut (GTM).

Psikolog Anak dari Tiga Generasi, Putu Andani, mengatakan, untuk mengatasi tantangan tersebut, ayah dan ibu bisa mencoba pengalaman baru dalam jadwal makan anak. Sering kali anak tidak diperkenalkan proses dan interaksi, padahal orang tua bisa masuk dari aspek ini.

Baca Juga

"Misalnya ditawari alternatif makanannya, mau apel atau jeruk?" ujar Putu.

Saat makan, sebisa mungkin hindari distraksi, seperti penggunaan gawai. Hal ini akan memberi pengertian kepada anak tentang rasa lapar.

Selain itu, coba ajak masak. Usia di bawah tiga tahun bisa diajak membersihkan buah dan sayuran dengan air.

"Coba libatkan anak dalam proses menyiapkan makanannya, baik dengan membantu mencuci bahan makanan, memilah jenis makanan, menghitung jumlah makanan atau alat makan, serta mengeksplorasi nama, warna dan aroma dari berbagai jenis makanan," kata Putu.

Untuk anak lebih besar, menurut Putu, ayah dan ibu bisa melibatkannya membantu memotong, mencampur adonan, menentukan porsi makan, hingga menata peralatan makan di meja.

Apabila dilakukan bersama-sama dan tanpa distraksi, proses itu dapat mengasah perkembangan kemampuan kognitif, fisik, sosial, dan emosional anak. Di samping itu, menyiapkan makan bersama-sama juga dapat meningkatkan ikatan antara orang tua dan buah hatinya.

"Sebaliknya, kalau ditekan, anak bisa semakin tidak mau makan," kata Putu.

Sepanjang tahap kehidupannya, anak memiliki berbagai kebutuhan psikologis yang perlu dipenuhi, antara lain, merasa bisa mandiri, berinisiatif, dan menghasilkan suatu karya. Dengan melibatkan anak pada proses dan memberikan keleluasaan untuk menentukan pilihan, kebutuhan tersebut akan terpenuhi sehingga kesehatan psikis anak tetap terjaga.

Penelitian menyebutkan bahwa 95 persen hormon serotonin diproduksi di usus. Hal ini menandakan bahwa apa yang dimakan dan kesehatan saluran cerna dapat memengaruhi kesehatan psikis.

Selama masa berkegiatan di rumah, orang tua dapat menjalankan perannya lebih penuh dalam mengawasi tumbuh kembang anak yang optimal. Berkaitan dengan hal tersebut, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia memperkuat edukasi untuk orang tua mengenai cara membiasakan anak untuk menerapkan gizi seimbang selama di rumah saja.

"Edukasi ini mulai dari memberikan makanan bervariasi dan pengalaman menyenangkan saat makan, serta menjaga kondisi psikis anak dan juga orang tua agar tumbuh kembang anak tetap terjaga,” ujar Arif Mujahidin, Corporate Communication Director Danone Indonesia dalam acara bincang-bincang virtual Bicara Gizi "Biasakan Anak Terapkan Gizi Seimbang Selama di Rumah Saja" yang dihelat Danone Specialized Nutrition Indonesia, awal Oktober lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement