REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama akan tampil pertama kalinya dalam kampanye pemilu presiden AS untuk mendukung kandidat Partai Demokrat, Joe Biden, yang bersaing ketat dengan Presiden Donald Trump di sejumlah negara bagian.
Obama, yang menjalani delapan tahun masa jabatannya dengan Biden sebagai wakil presidennya, akan mendesak para pendukungnya untuk memberikan suara lebih awal untuk Biden dan kandidat Demokrat lainnya dalam pemilu.
"Seperti yang dikatakan Presiden Obama, ini adalah momentum yang membutuhkan bantuan semua pihak, dan dia berharap untuk berkampanye secara langsung, dengan tetap menjaga jarak sosial, karena hanya tinggal dua minggu lagi kita melaksanakan pemilihan terpenting dalam hidup kita," kata seorang pembantu Obama yang berbicara dengan syarat anonim.
Penampilan publik yang jarang dilakukan Obama, yang sering menjadi sasaran serangan Trump dan masih menjadi salah satu bintang terbesar Partai Demokrat setelah hampir empat tahun meninggalkan Gedung Putih, muncul pada saat yang kritis.
Manajer kampanye Biden, Jen O'Malley Dillon, telah memperingatkan staf dan pendukung bahwa dia melihat persaingan sengit di 17 negara bagian yang dianggap kedua kandidat sebagai "medan pertempuran" yang penting, dibandingkan hasil jajak pendapat nasional yang menunjukkan keunggulan yang konsisten untuk Biden.
Biden menganggap tempat kelahirannya di Pennsylvania, negara bagian yang kalah tipis dari Trump pada tahun 2016, sebagai penentu yang harus dimenangkannya. Mantan wakil presiden telah mengunjungi negara bagian itu lebih dari yang lain selama masa kampanye.
Trump telah mendapatkan dukungan di Pennsylvania, menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dirilis pada Senin (19/10), yang menunjukkan Biden memimpin dengan 49 persen dibandingkan Trump dengan 45 persen, sedikit lebih sempit dari seminggu sebelumnya.
"Jika kami memenangkan Pennsylvania, kami memenangkan semuanya," kata Trump pada Selasa malam (20/10) dalam rapat umum di Erie, sudut barat laut Pennsylvania, di mana dia memperingatkan para pendukung bahwa kebijakan Biden akan menghancurkan energi negara dan pekerjaan manufaktur.