Selasa 27 Oct 2020 03:35 WIB

Kemenag: Pendidikan Islam Butuh ASN Berintegritas

Nilai-nilai baik tidak bisa diajarkan jika tidak didasari integritas.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis),Prof Muhammad Ali Ramdhani
Foto: Dok Kemenag
Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis),Prof Muhammad Ali Ramdhani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Muhammad Ali Ramdhani menegaskan bahwa pengelolaan pendidikan Islam membutuhkan integritas. Sebab nilai-nilai baik tidak bisa diajarkan jika tidak didasari integritas.

"Untuk membangun pendidikan Islam yang kuat butuh nilai integritas. Kita tidak bisa mengajarkan yang baik apabila tidak punya integritas," kata Ramdhani saat memberikan pembinaan di Kanwil Kemenag Sumatera Selatan pada akhir pekan lalu.

Ia mengatakan, selain integritas juga dibutuhkan profesionalitas. Yaitu nilai yang mengantarkan segala sesuatu berdasarkan keilmuan yang tepat. Hal penting lainnya dalam membangun pendidikan Islam adalah inovasi.

Dirjen Pendis menggarisbawahi makna inovasi tidak hanya temuan baru, namun juga mencari sesuatu yang baru dengan mempertahankan nilai-nilai baik yang sudah ada. Ia menambahkan, dua nilai budaya kerja lainnya adalah tanggung jawab dan keteladanan.

Ramdhani mengingatkan bahwa semua program dan kegiatan harus bisa dipertanggungjawabkan secara substantif dan administratif. "Mari berkomitmen menginjeksikan ilmu pengetahuan kepada siswa kita agar mereka menjadi pemilik masa depan," ujarnya melalui siaran pers yang diterima Republika, Ahad (25/10) malam.

Ramdhani juga berbicara tentang ilmu, menurutnya ilmu terdiri dari tiga huruf, yakni ain, lam, dan mim. Huruf ain merujuk pada 'Illiyyin atau peningkatan derajat seseorang di tempat yang mulia. Sesungguhnya orang berilmu itu memiliki derajat tertentu. Pendidikan Islam ingin menempatkan anak bangsa pada maqam mulia atau makhluk berderajat tinggi.

Ia menerangkan, huruf lam merujuk pada kata latif yang bermakna kelembutan. Karenanya orang yang memiliki ilmu memiliki rasa dan kelembutan. Orang berilmu memiliki potret yang bersahabat dan ramah, bukan yang marah. Orang berilmu membina bukan menghina, mengajak tidak mengejek, mengajar tidak menghajar, dan tampil dengan senyuman.

"Perilaku orang lain sangat tergantung cara kita menyampaikan. Pemilihan diksi penting. Orang berilmu itu pandai memilih kata," jelasnya.

Ramdhani menjelaskan, mim yakni mulk atau raja. Raja dalam pengertian simbol penguasaan diri. Orang yang dibekali ilmu akan bahagia hakiki di dunia dan akhirat. Dia akan menang perang dalam melawan hawa nafsu. "Hanya orang berilmu yang bisa melawan dirinya sendiri," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement