REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah telah memberikan manusia kelebihan dari semua makhluk, salah satunya adalah berbicara. Nikmat berbicara dapat digunakan baik dalam kebaikan atau keburukan. Namun, dalam Islam, ada baiknya nikmat tersebut digunakan untuk berdzikir.
Dikutip dari buku Tafsir Al-‘Usyr Al-Akhir dari Alquran Al-Karim, sebaik-baiknya pemanfaatan waktu setelah membaca Alquran adalah berdzikir kepada Allah. Hal itu ditegaskan dari sabda Rasulullah SAW.
“Maukah aku kabarkan kepada kalian, amal kalian yang terbaik dan tersuci di sisi Penguasa kalian (Allah), serta tertinggi dalam derajat kalian, juga lebih baik bagi kalian daripada berinfak dengan emas dan uang, dan lebih baik bagi kalian daripada bertemu musuh kemudian kalian memenggal leher mereka dan mereka memenggal leher kalian.” Mereka menjawab, “tentu ya Rasulullah.” Beliau bersabda “berdzikir kepada Allah.” (HR Tirmidzi).
Sedangkan dalam hadits lain, Rasulullah bersabda, “orang yang mengingat Rabbnya dengan orang yang tidak mengingat Rabbnya bagaikan orang hidup dengan orang mati.” (Muttafaq ‘Alaihi).
Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “telah mendahului mufarridun.” Para sahabat bertanya, “siapakah mufarridun itu?” Rasulullah menjawab, “Yaitu kaum lelaki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah.” (HR Muslim).
Pahala amal shalih dilipatgandakan sebagaimana dilipatgandakannya pahala membaca Alquran, sesuai dengan yakni pertama, keimanan, keikhlasan, dan mahabbah kepada Allah yang ada di dalam hati. Kedua, penghayatan dan sibuknya hati dalam berdzikir. Jadi tidak hanya dengan lidahnya saja.
Apabila semua itu dilakukan dengan sempurna, maka Allah akan menghapus semua dosa-dosanya dan membersihkan pahalanya secara sempurna.