Sabtu 31 Oct 2020 00:39 WIB

Panjang Jimat di Keraton Cirebon Berlangsung Sederhana 

Tradisi panjang jimat dilaksanakan sederhana dan terbatas, untuk menghindari Covid-19

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin didampingi permaisurinya dalam acara panjang jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon, Kamis (29/10) malam. Akibat pandemi Covid-19, tradisi itu berlangsung sederhana dan terbatas.
Foto: Dokpri Sultan Sepuh XV
Sultan Sepuh XV, PRA Luqman Zulkaedin didampingi permaisurinya dalam acara panjang jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon, Kamis (29/10) malam. Akibat pandemi Covid-19, tradisi itu berlangsung sederhana dan terbatas.

REPUBLIKA.CO.ID,  Seluruh perangkat upacara panjang jimat terlihat tertata di bangsal Panembahan,  Prabayaksa dan Pringgandani Keraton Kasepuhan Cirebon, Kamis (29/10) malam. Panjang jimat merupakan puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang telah menjadi tradisi turun temurun sejak ratusan tahun lalu di keraton tersebut.

Perangkat dalam upacara itu terdiri dari lilin, air mawar, panjang (tabsi yang berisi nasi Rosul), guci, empat buah baki serta tumpeng jeneng dan nasi uduk. Seluruh perangkat itu memiliki makna tersendiri.

Untuk lilin, menggambarkan kelahiran Nabi Muhammad SAW pada malam hari. Air mawar, menggambarkan kelahiran seorang bayi didahului dengan keluarnya air ketuban. Panjang (tabsi yang berisi nasi Rosul) yang berjumlah tujuh, menggambarkan hari yang tujuh.

Selain itu, guci yang berisi air serbad, menggambarkan darah yang keluar dari proses kelahiran. Baki berjumlah empat berisi botol minuman, menggambarkan manusia terdiri dari empat unsur. Sedangkan tumpeng jeneng dan nasi uduk, menggambarkan pemberian nama yang baik untuk bayi yang baru lahir.

photo
Sultan Sepuh XV dari Keraton Kasepuhan Cirebon, PRA Luqman Zulkaedin melaksanakan tradisi siraman panjang sebagai rangkaian kegiatan Grebeg Mulud menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW. - (Dokpri Sultan Sepuh XV)

Biasanya, seluruh perangkat itu dibawa oleh iring-iringan abdi dalem dari Bangsal Prabayaksa Keraton Kasepuhan menuju Langgar Agung. Di Langgar Agung, kemudian dilaksanakan shalawatan dan pengajian kitab Barjanzi hingga tengah malam. Setelah itu, nasi jimat dan makanan lain yang disajikan diatas piring pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati pun disantap bersama.

Ribuan masyarakat pun selama ini selalu berdatangan dari berbagai daerah untuk mengikuti prosesi tersebut. Namun, akibat pandemi Covid-19, tradisi yang sudah berlangsung sejak masa Sunan Gunung Jati itu hanya digelar secara sederhana dan terbatas. Protokol kesehatan pun diterapkan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

"Tradisi panjang jimat kali ini memang tidak seperti biasanya. Kita laksanakan secara sederhana dan terbatas, sesuai anjuran Pemerintah untuk menghindari penularan Covid-19," ujar Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan, PRA Luqman Zulkaedin, saat memberikan sambutannya dalam acara tersebut.

Sultan Sepuh mengungkapkan, tradisi panjang jimat pada tahun ini diisi dengan pembacaan shalawat, zikir, doa dan kitab barzanji oleh kaum Mesjid Agung, keluarga sultan dan abdi dalem. Kegiatan itupun dilakukan secara terbatas dan mengikuti protokol kesehatan.

Meski sederhana dan terbatas, lanjut Sultan Sepuh, pihaknya tetap melaksanakan tradisi panjang jimat. Hal itu tak lain sebagai wujud komitmen untuk melaksanakan dan melestarikan adat tradisi Keraton Kasepuhan yang dibangun oleh Sunan Gunung Jati.

"Insya Allah hal ini merupakan wujud kecintaan kita pada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW," tutur Sultan Sepuh.

Tak hanya menggelar tradisi secara sederhana, pedagang musiman dan pasar malam di Alun-alun Keraton Kasepuhan pada tahun ini juga ditiadakan. Padahal biasanya, para pedagang selalu ikut meramaikan Grebeg Mulud di Keraton Kasepuhan selama sekitar sebulan lamanya.

Selain di Keraton Kasepuhan, kesederhanaan dalam pelaksanaan pelal ageng panjang jimat juga dilakukan pihak Keraton Kanoman Cirebon. Mereka juga meniadakan undangan muludan dan menghimbau agar masyarakat tidak perlu hadir di acara tersebut.

"Sesuai dengan himbauan dari  Pemkot Cirebon dan pihak kepolisian, dalam pelaksanaan peringatan panjang jimat tahun ini kami juga meniadakan pasar malam muludan," kata Juru Bicara Kesultanan Kanoman, Ratu Raja Arimbi Nurtina.

Arimbi berharap, dengan adanya upaya itu, pihaknya bisa memutus dan mencegah penularan virus Covid -19. Namun, di sisi lain pihaknya tetap bisa melaksanakan tradisi panjang jimat sebagai pakem leluhur yang tidak bisa ditinggalkan. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement