REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Komersial PT PGN LNG Adi Sangga Prasetya sebagai pelaku industri menyatakan kesiapan dan mendukung konversi BBM ke LNG pada KAI. Menurutnya pada bulan Juli 2020 sudah ada MoU lanjutan dengan PT KAI.
Hal itu ia katakan dalam kunjungan kerja ke Kantor PT KAI DAOP 2 Bandung bersama Kepala BPH Migas M Fanshurullah Asa, Anggota Komite BPH Migas Jugi Prajogi beserta Tim. Kunjungan ini dalam rangka Pengaturan dan Pengawasan atas Penyediaan dan Pendistribusian BBM khususnya untuk Pemantauan Pemanfaatan Kuota dan Realisasi Jenis BBM Tertentu (JBT) Konsumen Pengguna Kereta Api Umum Penumpang dan Barang serta Pembahasan Potensi Pemanfaatan LNG untuk efisiensi penggunaan BBM di lokomotif dan gerbong kereta, Jumat (30/10).
Terkait dengan penyediaan LNG untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar industri di pulau jawa termasuk untuk KAI saat ini sedang dibangun Terminal LNG Jatim di Teluk Lamong, Gresik, yang merupakan sinergi antar BUMN yaitu PGN LNG dengan Pelindo III. Saat ini progres pembangunannya telah mencapai 90 persen dan dijadwalkan akan beroperasi pada kuartal 2 tahun 2021.
Sumber pasokan LNG berasal dari Bontang yang diangkut dengan kapal tanker. Dari Terminal LNG Jatim akan distribusikan ke pipa gas atau langsung disalurkan ke konsumen dengan lSO container.
Posisi pelabuhan Teluk Lamong berdekatan dengan jaringan kereta di Surabaya dan Gresik, juga sangat mendukung untuk suplay LNG untuk KAI sekaligus PT KAI bisa berperan dalam penyaluran/pengangkutan LNG dengan Iso Container. "Ada benefit tambahan jika pengangkutan ISO container dilakukan oleh KAI karena keberadaan posisi strategis KA yang memiliki jaringan stasiun point to point" jelas Adi Sangga.
Sementara itu Dirut PT. Pertagas Niaga, Linda Sunarti menjelaskan telah dilakukan percobaan penggunaan LNG untuk KAI tahap pertama dan kedua di Bandung. Tahap pertama untuk gerbong dan yang kedua untuk lokomotifnya.
Secara keekonomian saat percobaan ada beberapa kendala terkait kesiapan suplay LNG. Nantinya jika diterapkan harus terintegrasi semua.
Sebab, jika itu belum, maka bukan efisiensi yang didapatkan, tetapi justru aktivitas KA bisa terganggu. Linda menyatakan pada intinya apabila secara komersial penggunaan LNG pada KAI dinilai layak diniagakan, maka PT. Pertagas Niaga siap menyambutnya.
Sementara itu Kepala BPH Migas Fanshurullah Asa menyatakan lembaganya sebagai regulator akan membentuk tim khusus untuk mengawal, sinergi dan kolaborasi agar pemanfaatan LNG untuk bahan bakar Kereta Api dapat terwujud. "Kendala suplai chain, sudah ada solusinya, sekarang sedang dibangun Terminal LNG Jatim di Teluk Lamong, Gresik , yang akan beroperasi di kuartal 2 tahun 2021" ungkap Ifan.
Ifan juga mengungkapkan apabila berdasarkan hasil kajian, penggunaan LNG tidak memenuhi tekno ekonomi, BPH Migas sebagai lembaga Independen akan mengusulkan kepada Presiden agar dibuat Perpres tentang harga LNG khusus untuk kereta Api sebagai mana Perpres No. 40 tahun 2016 yang mengatur penetapan harga gas tertentu untuk industri sebesar 6 dolar AS per MMBTU. "Kita sinergi, kolaborasi, melangkah bukan berwacana, mesti action dan saya akan kawal khusus, kalo ini berhasil, kita akan panggil Pelni dan ASDP" pungkas Ifan.