REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian tentang DNA anjing menunjukkan kemungkinan bahwa anjing adalah sahabat tertua manusia. Analisis tersebut mengungkapkan anjing sudah dipelihara sejak 11 ribu tahun hingga akhir zaman Es terakhir.
Dilansir dari BBC, Sabtu (31/10), hal ini menegaskan anjing dijinakkan sebelum spesies lain yang diketahui. Anjing tersebar luas di belahan bumi utara saat ini, dan telah terbagi menjadi lima jenis.
Terlepas dari ekspansi anjing Eropa selama era kolonial, jejak keturunan asli kuno ini bertahan hingga hari ini di Amerika, Asia, Afrika, dan Oseania. Penelitian mengisi beberapa celah dalam sejarah alam hewan yang bersahabat dengan manusia.
Salah satu penulis studi dan ketua kelompok laboratorium Genomik Kuno di London Crick Institute, Dr Pontus Skoglund mengatakan anjing benar-benar unik karena menjadi makhluk karnivora liar yang dijinakkan ketika semua orang masih menjadi pemburu dan pengumpul. Serigala menjadi karnivora liar, namun cukup banyak menakutkan di bagian dunia.
"Pertanyaan mengapa orang melakukan itu? Bagaimana itu bisa terjadi? Itulah yang akhirnya membuat kami tertarik," kata Dr Skoglund pada BBC News.
Sampai batas tertentu, pola genetik anjing mencerminkan pola manusia, karena orang-orang membawa hewan pendampingnya saat mereka pindah. Tetapi ada juga perbedaan penting.
Misalnya, anjing Eropa awal pada mulanya beragam, tampak berasal dari dua populasi yang sangat berbeda, satu berkerabat dengan anjing Timur Dekat dan satu lagi dengan anjing Siberia.
Pada titik tertentu, mungkin setelah permulaan Zaman Perunggu, satu garis keturunan anjing menyebar luas dan menggantikan semua populasi anjing lain di benua itu.
Pola ini tidak memiliki padanan dalam pola genetik orang-orang dari Eropa. Penulis utama dan peneliti pasca-doktoral di Crick, Anders Bergström mengatakan jika seseorang melihat ke belakang lebih dari empat atau lima ribu tahun yang lalu, mereka dapat melihat bahwa Eropa adalah tempat yang sangat beragam dalam hal anjing.
Sebuah tim internasional menganalisis seluruh genom (lengkap DNA dalam inti sel biologis) dari 27 sisa-sisa anjing purba yang terkait dengan berbagai budaya arkeologi. Mereka membandingkannya satu sama lain dan dengan anjing modern.
Hasilnya mengungkapkan bahwa ras seperti Rhodesian Ridgeback di Afrika selatan serta Chihuahua dan Xoloitzcuintli di Meksiko mempertahankan jejak genetik anjing asli kuno dari wilayah tersebut.
Sementara itu, nenek moyang anjing di Asia Timur sangatlah kompleks. Trah Cina tampaknya mendapatkan beberapa nenek moyang mereka dari hewan seperti dingo Australia dan anjing penyanyi New Guinea, dengan sisanya berasal dari Eropa dan anjing dari stepa Rusia.
Anjing penyanyi New Guinea dinamai demikian, karena lolongannya yang merdu. Ini ditandai dengan peningkatan nada yang tajam di awal.
Rekan penulis dari Universitas Oxford, Greger Larson, mengatakan anjing adalah mitra hewan tertua dan terdekat dengan manusia. Menggunakan DNA dari anjing purba menunjukkan seberapa jauh sejarah hewan tersebut berjalan bersama manusia dan pada akhirnya akan membantu memahami kapan dan di mana hubungan yang dalam ini dimulai.
Anjing diperkirakan telah berevolusi dari serigala yang berkelana ke kamp manusia, mungkin mengendus-endus makanan. Saat dijinakkan, mereka kemudian bisa melayani manusia sebagai teman berburu atau penjaga.
Hasilnya menunjukkan semua anjing berasal dari satu populasi serigala yang punah, atau mungkin beberapa yang sangat dekat hubungannya. Jika ada beberapa peristiwa domestikasi di seluruh dunia, garis keturunan lain ini tidak memberikan banyak DNA pada anjing-anjing selanjutnya.
Dr Skoglund mengatakan tidak jelas kapan atau di mana domestikasi awal terjadi.
"Sejarah anjing telah begitu dinamis sehingga Anda tidak dapat benar-benar mengandalkannya untuk tetap berada di sana untuk membaca DNA mereka. Kami benar-benar tidak tahu. Itulah hal yang menarik tentang itu," ujarnya.
Sisi lain, banyak hewan, seperti kucing, mungkin menjadi hewan peliharaan ketika manusia menetap untuk bertani sekitar 6.000 tahun yang lalu. Kucing mungkin berguna untuk mengendalikan hama seperti tikus,yang tertarik oleh limbah yang dihasilkan oleh pemukiman padat. Ini menempatkan domestikasi mereka di tempat lahir pertanian seperti di Near East.
"Untuk anjing, hampir bisa di mana saja: (yakni) Siberia yang dingin, Near East yang hangat, Asia Tenggara. Semua ini adalah kemungkinan dalam pikiran saya," jelas Dr Skoglund.