REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Unilever Indonesia Tbk membukukan kinerja yang positif di kuartal ketiga 2020. Di tengah kondisi pasar yang menantang, perseroan mampu membukukan penjualan bersih sebesar Rp 32,4 triliun atau tumbuh 0,3 persen.
Dengan kinerja penjualan tersebut, Unilever masih mencatatkan laba bersih sebesar Rp 5,4 triliun, meski sedikit turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,5 triliun. Sementara laba per saham tercatat sebesar Rp 143.
"Di tengah kendala kondisi pasar yang sangat menantang dalam masa pandemi ini, dengan menurunnya pertumbuhan pasar ke arah negatif, kinerja perusahaan terus dapat berjalan dengan baik," ujar Direktur Unilever, Arif Hudaya, Selasa (3/11).
Arif menjelaskan, pertumbuhan penjualan perseroan didorong oleh pertumbuhan segmen Home & Personal Care yang memberikan kontribusi sekitar 70 persen atau sebesar Rp 22,7 triliun. Penjualan di segmen tersebut tumbuh positif sebesar dua persen.
Sementara segmen Food & Refreshment berkontribusi sebesar 30 persen atau sebesar Rp 9,7 triliun. Segmen ini mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 3,5 persen yang disebabkan oleh penurunan bisnis Unilever Food Solution. Unilever Food Solution sendiri melayani perhotelan, restoran dan kafe.
"Bisnis tersebut sangat terdampak karena sektor yang dilayani harus tutup selama pandemi dan PSBB. Penurunan juga disebabkan oleh turunnya permintaan produk es krim yang dipengaruhi oleh berkurangnya aktivitas konsumen di luar rumah," tutur Arif.
Dengan kondisi pasar dan konsumen di Indonesia yang penuh tantangan ini, Arif mengatakan, Unilever selalu berupaya mendorong pertumbuhan terutama pertumbuhan kompetitif. Salah satu strategi yang dilakukan yaitu memaksimalkan permintaan konsumen dengan meningkatkan penjualan secara digital.
Perseroan saat ini terus meningkatkan penjualan melalui e-commerce dan platform unilever home delivery. Menurut Arif, pertumbuhan penggunaan digital akan meningkatkan efisiensi.
Perseroan juga berupaya menjaga likuiditas dan arus kas tetap kuat. Hal tersebut tercermin dari total kas per akhir September 2020 yang mencapai Rp 665 miliar dengan pinjaman bank sebesar Rp 2 triliun. Perseroan juga masih memiliki fasilitas kredit sebesar Rp 11 triliun yang belum digunakan.