Kamis 05 Nov 2020 23:08 WIB

Kamala Harris Inspirasi Perempuan di India

Kamala Harris Inspirasi Perempuan di Desa Kelahiran Leluhurnya di India

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
P. Ravikumar/REUTERS
P. Ravikumar/REUTERS

Dipisahkan jarak lebih dari 12.000 km dari Washington, di sebuah desa kecil di India tempat asal leluhur calon wakil presiden dari Partai Demokrat AS Kamala Harris, berkumpul para perempuan desa untuk menjagokan "perempuan Amerika" ini.

Penduduk setempat juga menggelar doa khusus di kuil Thulasendrapuram untuk kemenangan Partai Demokrat dalam pemilu AS pada 3 November 2020. Sementara M. Umadevi, 34, yang terpilih menjadi anggota dewan desa pada Desember lalu mengatakan bahwa dia merasa terkoneksi dengan Harris sebagai sesama politisi perempuan.

“Dia adalah anak perempuan desa kami,” kata Umadevi, yang juga ibu dari seorang putra berusia lima tahun. Sehari-hari ia menerima jahitan pakaian untuk menambah penghasilan suaminya yang bekerja sebagai sopir.

''Ini pasti sulit dan menantang baginya. Tapi segala ssesuatu yang baru memang begitu. Saya juga merasa senang dan gugup akan peran baru saya ini,'' tambahnya.

Dukungan untuk kemenangan Kamala Harris

Desa itu terletak sekitar 320 km di selatan kota Chennai, negara bagian Tamil Nadu. Lebih dari satu abad yang lalu, desa ini menjadi tempat kelahiran kakek dari ibu Kamala Harris.

Harris sendiri lahir di California dari seorang ibu yang berasal dari India dan ayah dari Jamaika. Keduanya berimigrasi ke Amerika Serikat untuk belajar. Harris sempat mengunjungi Thulasendrapuram ketika berusia lima tahun dan diketahui pernah bercerita tentang pengalamannya saat berjalan-jalan di pantai Chennai bersama kakeknya.

Sebagai mantan jaksa agung California, Harris yang berusia 55 tahun adalah perempuan kulit hitam pertama dan orang keturunan India pertama yang dinominasikan untuk menduduki jabatan nasional oleh sebuah partai besar di AS.

Umadevi mengatakan prioritasnya sebagai anggota dewan desa yang mewakili sekitar 200 keluarga dan sebagian besar bekerja sebagai petani, adalah membangun jalan aspal. "Hal pertama dalam daftar saya adalah memastikan kami memiliki jalan yang layak," katanya kepada Thomson Reuters Foundation dalam wawancara telepon.

"Jalan yang ada sekarang dalam kondisi yang buruk dan Anda hampir tidak bisa menyebutnya sebagai jalan. Jalan yang baik akan membawa keberuntungan yang lebih baik,'' lanjutnya.

Punya banyak ambisi

Berbeda dengan Harris yang menyandang gelar sarjana hukum, Umadevi putus sekolah ketika berusia 15 tahun atas keputusan ibunya.

Saat ini sekitar 60 persen anak perempuan di India telah mengenyam berpendidikan, angkanya bahkan mencapai 90 persen di beberapa negara bagian, menurut data sensus terakhir India. Di distrik Thiruvarur, tempat desa Thulasendrapuram berada, tingkat melek huruf mencapai lebih dari 82 persen, pejabat pendidikan distrik menyatakan bahwa semua anak perempuan di sana bersekolah.

Umadevi mengatakan bahwa pendidikan adalah kunci jika generasi perempuan muda di desa itu ingin menjadi orang-orang berprestasi tinggi seperti Harris. Gambar Harris yang sedang tersenyum pun terpampang di spanduk di desa yang mengharapkan kemenangannya.

“Saat ini, semua anak perempuan kami bersekolah, bahkan jika itu berarti pergi ke sekolah menengah yang jaraknya beberapa kilometer dari desa,” ujar Umadevi. "Perguruan tinggi juga jauh, tetapi banyak yang masih melanjutkan sekolah dan mendapatkan gelar," katanya, seraya menambahkan bahwa kaum muda di daerah tersebut masih merasa sulit untuk mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang bagus.

Di Sekolah Menengah Tinggi Negeri di desa tetangga Painganadu, guru bahasa Inggris S. Tamilselvan telah mengikuti pidato-pidato kampanye Harris dan berencana menggunakannya untuk memotivasi siswanya. "Dia sangat pandai bicara dan jelas," ungkapnya.

"Murid-murid saya tahu tentang dia, tetapi saya ingin setidaknya beberapa dari mereka bisa sukses seperti dia. Sebagian besar murid saya adalah pelajar generasi pertama dan bahkan yang paling cerdas pun masih merasa sulit mengartikulasikan ambisi mereka,'' katanya.

Inspirasi untuk berbuat lebih banyak

Sementara itu, ada Hemalatha Raja yang juga merupakan anggota dewan desa Thulasendrapuram. Seperti Umadevi, dia menggambarkan dirinya sebagai ibu rumah tangga yang terpilih menjadi anggota dewan desa untuk masa jabatan lima tahun, karena 33 persen kursi disediakan untuk perempuan.

Terlepas dari kurangnya pendidikan formal atau kualifikasi yang mereka miliki, kedua perempuan ini memiliki keinginan yang sama seperti yang diinginkan Harris bagi terciptanya keadilan sosial.

"Saya ingin menyelesaikan semua masalah yang dihadapi orang-orang di lingkungan saya," kata Raja, 36, yang putus sekolah ketika berusia 13 tahun, karena orang tuanya tidak ingin dia pergi ke luar desa untuk melanjutkan sekolah.

“Saya tidak tahu apakah saya bisa tetapi saya mau mencoba. Dan segala pembicaraan tentang bagaimana seseorang yang berasal dari desa kami telah melakukan hal-hal besar di Amerika juga mendorong saya untuk berbuat lebih banyak lagi,'' ujarnya.

ae/pkp (Thomson Reuters Foundation)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement