REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Korea Selatan adalah rumah yang nyaman bagi umat Islam. Saat ini 150 ribu Muslim hidup di Korea Selatan (Korsel) baik warga asli maupun warga negara lain yang tinggal di Korea. Namun, statistik terakhir menyebutkan, sebanyak 30 persen dari jumlah tersebut adalah warga Korea asli.
Umat Muslim di Korea merupakan warga asli dan imigran. Muslim asli Korsel rata-rata berasal dari kalangan berpendidikan tinggi dan mengenyam pendidikan di luar negeri, terutama negara-negara Islam. Mereka sangat aktif menyebarkan Islam di masyarakat Korsel dan menyediakan dukungan sosial bagi umat Muslim yang baru tiba.
Sementara, imigran Muslim biasanya adalah Arab Timur Tengah. Bukan hanya didominasi warga asing dari negara-negara Arab, melainkan juga dari Timur Tengah secara umum. Jumlah imigran Muslim baik legal maupun ilegal diperkirakan mencapai 113.266 orang pada 2012.
Ada dua peristiwa yang menggembirakan bagi Muslim Korea Selatan pada 2009. Pertama, warga Muslim di negeri ginseng ini akhirnya memiliki sekolah Islam pertama yang telah diresmikan pada Maret lalu. Sekolah itu dibiayai lewat dana hibah dari Pemerintah Arab Saudi.
Pada 2008 lalu, Arab Saudi melalui kedutaan besarnya di Seoul sudah menyerahkan dana sebesar 500 ribu dolar AS pada Korea Muslim Federation (KMF) untuk biaya pembangunan sekolah.
Sebagai penghargaan atas bantuan Saudi, sekolah tersebut rencananya akan menggunakan nama putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Sultan Bin Abdul Aziz. Sekolah ini juga akan menerima siswa non-Muslim. Selain memberikan mata pelajaran berdasarkan kurikulum pendidikan di Korea, sekolah ini juga akan memberikan pelajaran tambahan berupa bahasa Arab, bahasa Inggris, dan studi Islam.
Peristiwa kedua yang cukup menggembirakan para Muslim di sana adalah dibukanya sebuah pusat pengaduan masalah hak asasi manusia (HAM) khusus bagi masyarakat Muslim di Korea Selatan. Lembaga HAM Muslim ini merupakan yang pertama berdiri di Korea Selatan.
Lembaga yang berkantor tidak jauh dari Masjid Itaewon ini secara resmi telah beroperasi sejak akhir Mei lalu. Seperti lembaga HAM pada umumnya, lembaga HAM Muslim ini akan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang memang membutuhkan. Sejak beroperasi, lembaga ini telah membantu menyelesaikan sejumlah persoalan menyangkut masalah diskriminasi yang menimpa masyarakat Muslim di Seoul.
Selain sekolah Islam dan lembaga HAM khusus Muslim, sejak 2008 lalu, masyarakat Muslim di Korea Selatan juga sudah memiliki pusat kebudayaan Islam yang berada di Kota Seoul. Dengan adanya sekolah, lembaga HAM Muslim dan pusat kebudayaan Islam ini diharapkan bisa memperluas syiar Islam di Korea Selatan sekaligus meluruskan informasi-informasi yang bias tentang Islam dan Muslim yang diterima masyarakat negeri itu.