Jumat 06 Nov 2020 22:05 WIB

Sejumlah Stasiun TV di AS Hentikan Siaran Pidato Trump

Trump dianggap menyebarkan disinformasi terkait penyelenggaraan pilpres.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
 Presiden Donald Trump berbicara di Gedung Putih, Kamis, 5 November 2020, di Washington.
Foto: AP/Evan Vucci
Presiden Donald Trump berbicara di Gedung Putih, Kamis, 5 November 2020, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Beberapa jaringan televisi di Amerika Serikat (AS) menghentikan liputan langsung dari penampilan publik pertama Presiden Donald Trump pada Kamis (5/11) malam. Hal itu dilakukan karena Trump dianggap menyebarkan disinformasi terkait penyelenggaraan pilpres.

Dalam pidato selama 17 menit, Trump melontarkan sejumlah klaim dan tudingan yang menyebut Partai Demokrat telah mencurangi pemilu. Dia menuduh Demokrat menggunakan suara ilegal untuk mencuri pemilu dari Partai Republik.

Baca Juga

"Oke, di sini kita sekali lagi berada dalam posisi yang tidak biasa, tidak hanya menginterupsi presiden AS tapi juga mengoreksi presiden AS," kata penyiar MSNBC, Brian Williams, saat jaringan itu dengan cepat mengakhiri liputan langsungnya.

NBC dan ABC News juga menghentikan liputan langsung pidato Trump. Setelah ABC mengakhiri liputannya, koresponden mereka di Gedung Putih, Jonathan Karl, mengatakan tidak ada bukti suara ilegal. "Apa yang tampaknya membuatnya frustrasi adalah bahwa perlu waktu untuk menghitung suara. Menghitung suara selalu membutuhkan waktu. Tapi khususnya dalam pemilihan ini," kata Karl.

CNN membuat Trump tetap mengudara. Tapi mereka menampilkan teks di bagian bawah layar bertuliskan "Tanpa bukti apa pun, Trump mengatakan dia ditipu". Penyiar Jake Tapper tampak frustrasi menyimak pidato Trump.

"Sungguh malam yang menyedihkan bagi AS untuk mendengar presiden mereka mengatakan bahwa menuduh orang-orang secara tidak benar mencoba mencuri pemilu, mencoba menyerang demokrasi dengan cara itu dengan pesta kebohongan ini. Berbohong setelah berbohong. Menyedihkan," kata Tapper.

Semenatara itu komentator di Fox News Channel, Bill Bennett dan Byron York mengatakan bahwa hanya karena Trump tidak menuduh contoh penyimpangan tertentu, bukan berarti tidak ada kecurangan. Namun, mereka menekankan bahwa Trump dan pengacaranya perlu menunjukkan bukti.

“Apa yang kita lihat malam ini adalah seorang presiden yang percaya bahwa pada akhirnya, ketika semua suara dihitung, pemilihan tidak akan berjalan sesuai keinginannya, jadi dia mencoba untuk merencanakan rute alternatif untuk mempertahankan Gedung Putih," kata koresponden Fox News di Gedung Putih John Roberts.

Trump dan tim kampanyenya telah mengajukan tuntutan hukum di empat negara bagian AS. Mereka menuding terdapat kecurangan dan menuntut pengitungan suara pilpres di negara bagian terkait dihentikan. Kubu Trump meminta penghitungan suara di Nevada, Pennsylvania, dan Georgia dihentikan.

Kemudian di Wisconsin, mereka menuntut penghitungan ulang. Suara di keempat negara bagian tersebut masih dihitung dan dianggap bakal menjadi penentu kemenangan dalam kontestasi pilpres. “Kami akan terus berjuang untuk pemilihan ini karena itulah yang pantas diterima rakyat Amerika,” kata manajer kampanye Trump Bill Stepien.

Sejauh ini Biden memang masih mengungguli Trump dalam perolehan suara elektoral. Biden telah mendapat 264 suara, sedangkan Trump 214. Untuk menjadi orang pertama di Gedung Putih, masing-masing kandidat harus merebut 270 suara elektoral.

Berdasarkan penghitungan Associated Press, suara populer yang telah dikumpulkan Biden adalah 73.488.248 (50,5 persen). Sementara, Trump 69.622.407 (47,8 persen). 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement