Sabtu 07 Nov 2020 12:28 WIB

Walmart akan Keluar dari Argentina

Walmart di Argentina memiliki sekitar 9.000 karyawan di 92 toko.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolandha
Walmart Inc, peritel terbesar di dunia, akan menjual operasi ritelnya di Argentina kepada pemilik jaringan supermarket Amerika Selatan Grupo de Narvaez.
Walmart Inc, peritel terbesar di dunia, akan menjual operasi ritelnya di Argentina kepada pemilik jaringan supermarket Amerika Selatan Grupo de Narvaez.

REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Walmart Inc, peritel terbesar di dunia, akan menjual operasi ritelnya di Argentina kepada pemilik jaringan supermarket Amerika Selatan Grupo de Narvaez. Perusahaan AS tersebut tidak mengungkapkan ukuran kesepakatan untuk operasi ritel yang melibatkan lebih dari 90 toko tersebut, namun mengatakan akan mencatat sekitar 1 miliar dolar AS setelah pajak, kerugian non-tunai terkait dengan divestasi pada kuartal ketiga fiskal tahun depan.

Penjualan itu terjadi ketika Argentina, yang terperosok dalam resesi sejak 2018, baru saja bangkit dari sovereign default dan bergulat dengan krisis mata uang. Pemerintah telah menangkis pembicaraan bahwa perusahaan internasional tersebut sedang mencari jalan keluar.

"Di Argentina Anda melihat fenomena divestasi perusahaan, dan perusahaan berpindah tangan, yang mencerminkan kurangnya kepercayaan ke arah negara," kata Guido Lorenzo, ekonom di konsultan LCG.

Ia menambahkan ada ketidakpastian besar atas kebijakan. "Argentina tidak memiliki aturan main yang jelas." tambahnya.

Walmart menjual sebagian besar unitnya di Brasil pada tahun 2018, meskipun ia mempertahankan operasi besar di Chili dan Meksiko. Jalan keluar dari bisnisnya di Argentina, di mana ia mulai beroperasi pada tahun 1995 dan saat ini memiliki sekitar 9.000 karyawan di 92 toko, akan mencakup jaringan Changomas dan Punto Mayorista yang populer.

Analis Valentin Mendoza, mengatakan keluarnya Walmart dari Argentina menunjukkan pihaknya menggandakan operasi yang sudah menjadi pemimpin pasar di Amerika Latin seperti Meksiko, di mana Walmart dapat memanfaatkan posisi dominannya dengan lebih baik.

Argentina menuju penurunan ekonomi hampir 12 persen tahun ini, diperburuk oleh pandemi virus corona. Negara ini telah memberlakukan kontrol modal saat memerangi krisis mata uang, dan baru-baru ini merestrukturisasi lebih dari 100 miliar dolar AS utang mata uang asing dengan kreditor lokal dan internasional.

Kelesuan ekonomi dan ketidakpastian telah melanda perusahaan-perusahaan di negara itu dan menyebabkan perusahaan lain mundur, termasuk LATAM Airlines Group dan pemilik department store Falabella.

Pemerintah telah berusaha untuk meremehkan narasi bahwa perusahaan internasional meninggalkan negara tersebut atas apa yang oleh para kritikus digambarkan sebagai kebijakan antiinvestasi, dan mengatakan rencana untuk menghidupkan kembali pertumbuhan akan menarik dana sekali lagi.

"Meskipun skenario global dan lokal rumit, dan terlepas dari mitos 'eksodus', kenyataannya ada perusahaan yang terus bertaruh pada negara dan mengumumkan investasi setiap minggu," kata kementerian pembangunan dalam sebuah laporan bulan ini.

Direktur regional di konsultan Control Risks, Thomaz Favaro mengatakan perusahaan khawatir tentang keuangan publik Argentina bersama dengan berbagai macam risiko politik termasuk pengendalian modal, pajak ekspor, dan pengambilalihan.

"Kami menyarankan perusahaan dalam investasi di pasar negara berkembang dan penurunan minat di Argentina selama dua tahun terakhir adalah patut diperhatikan," katanya.

Setelah akuisisi, Grupo de Narváez milik keluarga akan memiliki 656 toko, termasuk supermarket, dan gerai pakaian dan peralatan rumah tangga di sembilan negara, termasuk Ekuador dan Uruguay, dan mempekerjakan lebih dari 24.500 pekerja.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement