Ahad 08 Nov 2020 14:46 WIB

Indonesia Resmi Resesi, Ini Buktinya

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali minus 3,49% di kuartal III-2020.

Rep: cermati.com/ Red: cermati.com
Cermati
Cermati

BPS

Kepala BPS Suhariyanto via Channel Youtube BPS

Lagi dan lagi, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi. Tumbuh negatif 3,49% di kuartal III-2020. Dengan demikian, Indonesia resmi resesi.

Suatu negara dikatakan resesi apabila pertumbuhan ekonominya minus dalam dua kuartal berturut-turut. Indonesia sudah menujukkan tanda tersebut.

Di kuartal II-2020, ekonomi Indonesia minus 5,32%. Kemudian kembali terkoreksi di kuartal III sebesar 3,49%, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Itu berarti negeri ini masuk resesi ekonomi. Menyusul puluhan negara lain yang sudah lebih dulu ‘mengidap’ resesi, di antaranya Finlandia, Arab Saudi, Filipina, Jepang, Jerman, Kanada, Swiss, Inggris, Italia, hingga Singapura dan Thailand.

Baca Juga: Ada Resesi, Sebaiknya Menambah Penghasilan atau Mengurangi Pengeluaran?

 

Semua Gara-gara Pandemi Covid-19

resesi

Resesi ekonomi Indonesia disebabkan karena pandemi covid-19

Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI tidak negatif, wong hampir seluruh lapangan usaha jeblok. Dari 17 lapangan usaha, 10 di antaranya mencetak pertumbuhan minus. Padahal 10 lapangan usaha ini adalah ‘jantung’ ekonomi nasional.

Sebut saja sektor industri, perdagangan, konstruksi, pertambangan, transportasi dan pergudangan, akomodasi dan makan minum, jasa lainnya, jasa perusahaan, pengadaan listrik dan gas.

  • Sektor industri pengolahan, seperti industri alat angkutan; karet, barang dari karet dan plastik; tekstil dan pakaian jadi terkontraksi di masa pandemi ini
  • Sektor pertanian, seperti peternakan minus 0,16% karena masih rendahnya permintaan hewan ternak untuk akomodasi dan restoran sebagai imbas pandemi Covid-19
  • Sektor perdagangan terkoreksi pertumbuhannya sebesar 5,03%. Penyebabnya karena pemberlakukan PSBB, omzet ritel turun, dan minat masyarakat pergi ke mal atau pusat perbelanjaan berkurang.
  • Sektor transportasi negatif 16,7% karena adanya pembatasan mobilitas gegara Covid-19. Masyarakat belum merasa aman dan nyaman bepergian jauh
  • Sektor akomodasi, makanan dan minuman terkontraksi pertumbuhannya sebesar 11,86% lantaran belum pulihnya kunjungan wisatawan asing maupun domestik, okupansi hotel dan restoran masih rendah.
  • Konsumsi rumah tangga minus 4,04% karena penjualan eceran, mobil, dan motor turun; nilai transaksi uang elektronik, kartu debit, dan kartu kredit merosot; penjualan listrik ke PLN juga seret.

Pengangguran di RI Tambah Banyak

PengangguranPengangguran di RI makin banyak akibat resesi

Jika badai resesi ekonomi sudah menerpa, dampak buruk yang paling terasa adalah perkara tenaga kerja. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di mana-mana, pengangguran merajalela.

Data BPS menunjukkan, angka pengangguran di Indonesia bertambah di Agustus 2020 terhadap Agustus 2019. Periode diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah, termasuk Jabodetabek.

“Pandemi covid membawa dampak yang luar biasa terhadap ketenagakerjaan,” kata Kepala BPS, Suhariyanto dalam live streaming Rilis Pertumbuhan Ekonomi dan Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta, baru-baru ini.

Berikut fakta-faktanya:

Orang yang Bekerja Makin Sedikit

  • Jumlah orang yang bekerja turun 310 ribu orang menjadi 128,45 juta orang
  • Pekerja penuh waktu turun 9,46 juta orang menjadi 82,02 juta orang
  • Pekerja paruh waktu naik 4,32 juta orang menjadi 33,34 juta orang
  • Setengah pengangguran naik 4,83 juta orang menjadi 13,09 juta orang.
  • Pekerja perempuan naik 1,32% menjadi 53,13%, pekerja laki-laki turun 0,84% menjadi 82,41% dari 128,45 juta orang yang bekerja. “Akibat Covid-19, perempuan yang tadinya tidak bekerja, jadi ikut bekerja,” ungkap Suhariyanto.
  • Jumlah orang yang bekerja sebagai karyawan/pegawai/buruh turun 4,28%. Sedangkan yang berstatus pekerja keluarga atau tak dibayar naik sebesar 2,8%.
  • Karena orang yang berstatus karyawan merosot, pekerja formal ikut jeblok. Turun sebesar 4,59%. Sementara pekerja informalnya naik dengan besaran yang sama 4,59%.
  • Dari pendidikannya, pekerja dari lulusan universitas (Diploma ke atas) turun jumlahnya menjadi 9,63% atau 12,36 juta orang. Penyebabnya karena jumlah lowongan kerja turun di tengah pandemi.

Baca Juga: Riset: Gegara Pandemi, 44% Pekerja Lepas di RI Pinjam Uang demi Bertahan Hidup

Pengangguran Bertambah

  • Pengangguran meningkat sebanyak 2,67 juta orang menjadi 9,77 juta orang (7,07%). “Ini akibat Covid-19,” ujar Suhariyanto.
  • Terjadi kenaikan tinggi angka pengangguran di kota dibanding di desa sebanyak 2,69%.
  • Jumlah pengangguran terbanyak ada di Provinsi DKI Jakarta sebesar 10,95% atau sebanyak 1,07 juta orang. Terendah di Sulawesi Barat sebanyak 3,32% atau 324,4 ribu orang.

Rata-rata Gaji Karyawan di RI Cuma Rp 2,76 Juta

Gaji

Rata-rata gaji karyawan di RI hanya Rp 2,76 juta per bulan

Melihat penurunan jumlah pekerja dai yang semula penuh waktu menjadi paruh waktu, ditambah dengan kenaikan angka pengangguran karena pandemi, berpengaruh pula ke rata-rata gaji.

  • Rata-rata gaji karyawan pada Agustus 2020 sebesar Rp 2,76 juta per bulan. Turun sebanyak 5,18% dibanding periode yang sama tahun lalu.
  • DKI Jakarta mencatatkan rata-rata upah tertinggi, yaitu Rp 4,22 juta per bulan. Sedangkan terendah di Sulawesi Barat hanya sebesar Rp 2,07 juta.
  • Rata-rata gaji karyawan di Provinsi Bali sebagai destinasi wisata favorit anjlok 17,91% menjadi Rp 2,45 juta per bulan.
  • Pekerja laki-laki menerima rata-rata gaji Rp 2,98 juta atau lebih besar dibanding pekerja perempuan sebesar Rp 2,35 juta per bulan.
  • Gaji paling tinggi ada di sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp 4,48 juta per bulan. Dan paling kecil diterima pekerja salon, buruh cuci, asisten rumah tangga, dan pekerja di jasa lainnya sebesar Rp 1,69 juta.

Tetap Tenang dan Atur Ulang Rencana Keuanganmu

Fix, Indonesia resesi. Terus harus bagaimana? Jangan panik, kamu harus tetap tenang menghadapi situasi ini. Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah mengatur ulang rencana keuangan. Cek lagi apakah rencana pengeluaranmu terlalu boros, dana darurat tersedia, dan tabungan cukup.

Jika dalam rencana belanja ada daftar keinginan yang mau kamu beli, lebih baik tunda. Prioritaskan uang untuk kebutuhan pokok, seperti pangan, membayar utang atau cicilan, sisihkan duit buat dana darurat, investasi, dan tabungan.

Belajarlah untuk hidup hemat. Karena kamu tidak akan tahu apa yang akan terjadi di kala resesi ini. Persiapkan keuangan sebelum terlambat. 

Baca Juga: Tips Milenial Lancar Jaya Bayar Cicilan Utang saat Resesi

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement