REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam menyikapi Hari Pahlawan di era maju seperti saat ini, kaum milenial diharapkan dapat membuat berbagai konten yang bermanfaat untuk masyarakat Indonesia.
Menurut Budayawan Slamet Rahardjo, pahlawan tidak harus mengorbankan nyawanya demi orang lain, tetapi dengan memberikan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya juga sesama. Sikap ini bersumber dari rasa rendah hati dalam melihat keberuntungan yang diberikan oleh bangsa.
"Kalau Anda merasa bangsa ini belum memberikan kebanggaan pada Anda, itu masalah lain. Tapi harus berpikir, mengapa saya belum memberikan apapun kepada negara saya, kenapa hanya menjadi konsumen dan menerima saja?" ujar Slamet Rahardjo dalam diskusi Republika: Pahlawan di Mata Zaman, Selasa (10/11).
Di era kemajuan teknologi sekarang ini, tolong menolong ataupun gotong royong dapat dilakukan dengan lebih mudah. Namun, Slamet mengingatkan agar teknologi tidak semata-mata dijadikan sebagai konsumsi saja.
Kita sebagai bangsa berbudaya harus dapat menjadi produsen dan memanfaatkannya untuk memajukan budaya bangsa. Dengan pola pikir seperti ini, kata Slamet, siapapun dapat menjadi pahlawan.
Dalam kesempatan yang sama, VP Corporate Communicatioms Telkomsel, Deni Abidin mengatakan bahwa milenial dapat menjadi orang-orang yang bermanfaat dengan menggunakan teknologi. Teknologi dan akses informasi yang canggih telah banyak membantu milenial untuk tampil lebih baik dan membuat berbagai gerakan yang membantu orang lain.
Namun, adanya akses teknologi yang semakin canggih, telah membuat banyak konten negatif yang bisa menghalangi kemajuan bangsa. Ia mencontohkan pornografi yang semakin mudah diakses dengan teknologi yang semakin canggih.
"Konten negatif tidak bisa dihilangkan, tapi harus dipikirkan bagaimana mengantisipasinya. Untuk menghambat konten negatif, maka kita harus memperbanyak konten positif," ujar Deni.
Kemajuan teknologi telah menyediakan berbagai media berbicara bagi kaum milenial. Namun menurut Deni, tugas terbesarnya adalah bagaimana membuat kontennya. "Teknologi sudah ada, kalau tidak memanfaatkan nanti dijajah teknologi. Kalau kita bisa mengendarai teknologi itu dan kontennya diperbanyak, InsyaAllah jadi bermanfaat untuk Indonesia," kata Deni.
Ia juga menilai bahwa adanya pandemi Covid-19 ini seharusnya tidak membatasi kreativitas. Meskipun mengalami berbagai kesulitan di tengah pandemi, kondisi ini harus bisa dijadikan berkah, dan dijadikan dorongan untuk bergerak maju.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi menyebutkan bahwa setiap orang memiliki peran masing-masing yang memiliki jiwa kepahlawanan di dalam diri mereka. Di masa pandemi, banyak yang telah menjalankan peran mereka masing-masing untuk membantu orang lain di sekitarnya.
Media massa dalam hal ini memiliki peran untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan dan inspiratif untuk masyarakat. "Jadi agar orang-orang yang menikmati konten media massa tergugah hatinya dan mendapatkan inspirasi untuk melakukan kebaikan," kata Irfan.
Berikut 25 peran yang menjadi pahlawan selama pandemi Covid-19:
1. Driver Ojol & Taksol
2. Dokter
3. Perawat
4. Polisi
5. TNI
6. Teknisi BTS
7. Satgas Covid
8. Supir ambulance
9. Penggali makam
10. Petani - Peternak - Nelayan
11. Orangtua (Ibu & Ayah)
12. Teknisi listrik
13. Tenaga pengajar (guru & dosen)
14. Petugas kebersihan
15. Penggerak UKM Alkes (konveksi APD & masker medis)
16. Traffic controller
17. Pedagang sembako
18. Filantropis
19. Kurir logistik
20. Jurnalis
21. Pemuka agama
22. Ahli/peneliti kesehatan (farmakologi,mikrobiologi,epidemiologi,dll)
23. Pengusaha
24. Petugas penyuluh kesehatan (Puskesmas/unit kesehatan desa/petugas karantina wilayah)
25. Perangkat masyarakat (RT/RW/Lurah/Kades).
Selamat Hari Pahlawan!