Ahad 05 Jan 2025 15:11 WIB

Alasan Saham Telkom Terpuruk Dibandingkan Kompetitor Terungkap

Telat diversifikasi pendapatannya jadi alasan harga saham Telkom longsor.

Telkom Indonesia, ilustrasi
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Telkom Indonesia, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Performa harga saham PT Telkom Tbk selama kurun waktu 2024 ini sangat memprihatinkan. Awal tahun harga saham BUMN telekomunikasi ini di buka Rp 3.990. Bahkan harga saham emiten berkode TLKM ini sempat menyentuh level tertinggi Rp 4.240. Namun di penghujung tahun 2024 harganya longsor menjadi Rp 2.710 atau turun 32 persen.

Dibandingkan performa saham PT Indonsat Tbk dan PT XL Axiata Tbk, tentu berbeda. Jika sebelum stock split (1:4), harga saham emiten dengan kode ISAT ini Rp 9.375, di akhir tahun 2024 harganya menjadi Rp 2480 atau turun 5,8 persen. Performa harga saham PT XL Axiata Tbk. selama periode 2 Januari hingga 30 Desember 2024 meningkat 12,5 persen.

Melorotnya harga saham Telkom ini dinilai Sabrina, Equity Research PT Trimegah Securities Indonesia Tbk, tak lepas dari kinerja keuangan perseroan yang kurang memuaskan selama tahun 2024. Hingga September 2024, revenue perseroan hanya tumbuh 0,9 persen dan Net Income perseroan turun 9,4 persen. Sedangkan EBITDA perseroan juga mengalami penurunan 4,1 persen, serta Operating Net Income perseroan juga koreksi 5,1 persen.

Saat ini yang diutamakan dari industri telekomunikasi kata Sabrina bukan sekadar penambahan jumlah pelanggan tetapi kenaikan harga layanan. Memang beberapa waktu yang lalu management Telkom sudah berencana menaikan harga 5 persen-10 persen.

Namun dari pemantauan Sabrina kenaikan harga layanan data terjadi hanya di konsumen ojol. Bukan pada pelanggan utamanya Telkomsel. Selain itu Sabrina juga belum melihat kenaikan harga layanan Indihome Telkomsel.

“Percuma saja jika harga layanan Telkom naik tetapi jumlah pelanggan turun. Sama saja tak mempengaruhi dari pendapatan perseroan. Hingga saat ini saya mempertanyakan ketika melihat Telkom menaikan tarifnya. Jadi saya belum melihat impaknya terhadap laporan keuangan perseroan,” kata Sabrina

Sabrina menjelaskan, hingga saat ini Telkom masih mengandalkan pendapatan dari Telkomsel. Sektor Business Development yang membawahi Telkom Infrastruktur Indonesia International (TIF), Telkom Metra, Telkom Sigma, dan Mitratel belum terlihat mampu meningkatkan kontribusi ke perseroan, atau bahkan bisa jadi hanya memperbesar beban operasional maupun beban finansial Telkom secara konsolidasi.

Selain itu Disaat industri digital tumbuh pesat, divisi Digital Business Telkom tak mampu mendongkrak kontribusinya ke kinerja keuangan perseroan. Divisi Enterprise Business Service yang sejatinya mampu memberikan kontribusi lebih ke perseroan, hingga saat ini belum menunjukkan hasil yang positif.

Sejatinya Telkom yang sudah bertahun-tahun memiliki struktur organisasi pengembangan digital business, tapi hingga saat ini Telkom tidak mampu mengembangkan produk digital yang tangguh dan menjadi killer produk. Dengan nama besar Telkom sebagau perusahaan telekomunikasi digital terkemuka di Indonesia seharusnya bukan hal yang sulit untuk dapat mengambil profit dan market digital Indonesia.

Harusnya layanan yang semakin beragam selain connectivity seperti produk digital dan performansi seluruh anak usaha harusnya mendapatkan respon positif dari pemegang saham. Karena fundamental bisnis dan performansi yang bagus akan menjadi sasaran perbaikan Telkom jika ingin sustain di pasar modal dalam beberapa tahun ke depan.

Namun kenyataanya harga saham dan kinerja keuangan perseroan justru terkoreksi. Ini menjadi pertanyaan investor publik. Apakah selama ini anak usaha Telkom selain Telkomsel dapat memberikan kontribusi? Apakah justru malah membebani perseroan?

Lanjut Sabrina, sebenarnya Bisnis Digital, FMC, Wholesale & International Service, Data center bisa membantu mengurangi dampak penurunan revenue dari bisnis selular, voice dan SMS Telkomsel. Saat ini kompetisi di harga layanan data selular dinilai Sabrina masih sangat ketat.

“Telkom masih mengandalkan bisnisnya dari Telkomsel. 60% pendapatannya masih dari Telkomsel. Bisnis Digital, FMC, Wholesale & International Service, Data center belum menunjukkan hasil yang signifikan. Memang Telkom sudah mulai memasuki bisnis data center dengan membangun data center di tahun 2022. Namun belum selesai. Kayaknya Telkom agak terlambat mengantisipasi dan meningkatkan pendapatannya di luar Telkomsel,” ucap Sabrina.

Jika ingin mendongkrak pendapatannya dan meningkatkan harga saham, menurut Sabrina management Telkom harus bekerja keras untuk dapat memacu pendapatan dari lini bisnis selain selular. Lini anak usaha Telkom harus sudah berani memasarkan layanan yang dimilikinya di luar grupnya yang selama ini menjadi targetnya.

Karena itu menurut Sabrina, Telkom harus mampu melakukan efisiensi anak usahanya dan mengoptimalkan seluruh aset yang dimilikinya dan anak usaha lainnya sehingga kedepannya mereka tak mengandalkan pendapatan dari Telkomsel. Anak usaha Telkom harus mampu meningkatkan profitabilitas bisnis bukan hanya mengandalkan bisnis kerjasama dengan Telkomsel. Jika itu tak dapat dilakukan, sulit bagi Telkom meningkatkan pendapatannya

“Saya sudah meminta Telkom untuk mendorong pertumbuhan high single digit. Caranya dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang mereka miliki saat ini. Jangan hanya mengandalkan bisnis selular saja," kata dia.

Sabrina menyebut, selama ini pertumbuhan Telkom hanya low single digit. Padahal teknologi dan perangkat yang dimiliki Telkom merupakan yang terbaik dan terlengkap di Indonesia.

"Selain itu jaringannya merupakan yang terbesar di Indonesia. Kita sebagai investor kecewa dengan Telkom yang belum mampu meningkatkan revenue dari anak usahanya di luar selular,” ucap Sabrina.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement