REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Jumlah warga pesantren yang terpapar kasus Covid-19 di Jawa Barat (Jabar) terus meningkat dalam beberapa hari terakhir. Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, penularan Covid-19 bisa terjadi ketika penerapan protokol kesehatan (prokes) tak dilakukan maksimal, tak terkecuali di lingkungan pesantren.
Untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 makin meluas, Jabar akan memperketat pengecekan penerapan protokol kesehatan ke setiap pesantren. "Apakah prosedur protokol kesehatan dilakukan atau tidak? Kalau tidak dikerjakan, itu akan ditegakkan," kata Emil, sapaan Ridwan Kamil, di Kabupaten Garut, Rabu (11/11).
Dalam pemeriksaan itu, pihaknya juga akan menangani santri atau penghuni pesantren lain yang sudah telanjur terpapar Covid-19. Orang yang dinyatakan terkonfirmasi positif akan langsung dipisahkan dengan yang sehat.
Emil mengingatkan pengurus pesantren di Jabar untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, termasuk untuk santrinya. Dengan begitu, kemunculan klaster pesantren kelak dapat diminimalisasi.
"Kalau pesantren menjaga 3M (mencuci tangan, memakai masker, dan men jaga jarak), kegiatan tentu tak akan terganggu. Silakan produktif, asal disiplin sambil menunggu vaksin. Vak sin akan diumumkan bulan depan. Kalau siap, tahun depan kita akan vaksinasi," kata dia.
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Leli Yuliani mengatakan, kasus dari salah satu pesatren di Kecamatan Samarang masih terus mengalami penambahan. Pada Rabu (11/11), dari lingkungan pesantren itu terdapat penambahan 13 kasus. Total saat ini dari lingkungan pesantren itu berjumlah 54 orang, kata dia saat dikonfirmasi Republika.
Pesantren di Kecamatan Samarang itu bukanlah satu-satunya klaster pesantren di Kabupaten Garut. Sebelumnya, klaster Covid-19 juga muncul dari pesantren di Kecamatan Limbangan dan Pangatikan.
Bupati Garut Rudy Gunawan mengatakan, pihaknya sejak awal telah meminta pengurus pesantren meningkatkan protokol kesehatan. Namun, mereka katanya bisa mengatur sendiri. "Jadinya seperti ini," kata dia.
Kendati demikian, Rudy mengaku pihaknya tak bisa memberikan sanksi kepada pesantren yang lalai menerapkan prokes. Pemda hanya terus menyosialisasi ke pesantren agar terus menerapkan 3M.
Mulai terkendali
Klaster pesantren di Jabar tak hanya muncul di Kabupaten Garut. Di Kota Tasikmalaya, sejumlah pesantren juga menjadi klaster Covid- 19. Namun, kasus Covid-19 di lingkungan pesantren Kota Tasikmalaya disebut mulai terkendali.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat mengatakan, kasus terkonfirmasi Covid-19 sempat meningkat signifikan. Salah satu penyebabnya kemunculan klaster pesantren di Kecamatan Cihideung.
Sebanyak 126 orang santri, termasuk pengurus pesantren, diketahui terkonfirmasi positif Covid-19. "Namun, klaster di pesantren itu sudah selesai semua," kata Uus, Selasa (10/11).
Kendati demikian, ia menyebutkan, masih terdapat beberapa orang terkonfirmasi positif Covid-19 dari lingkungan pesantren lain yang masih menjalani isolasi mandiri. Ia memperkirakan dalam dua atau tiga hari men datang kasus dari lingkung an pesantren sudah benar-benar bisa teratasi. "Jadi, setelah itu kita bisa nyatakan kasus Covid-19 di pesantren selesai," kata dia.
Uus mengatakan, yang harus diantisipasi saat ini justru kemunculan klaster keluarga yang menyebar hampir di 10 kecamatan Kota Tasikmalaya. Menurut dia, klaster keluarga ini berpotensi lebih cepat menyebar karena banyak yang terkonfirmasi positif berstatus sebagai orang tanpa gejala (OTG).
Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum meminta para pengurus pesantren serius dalam melakukan antisipasi penyebaran Covid-19. "Kemarin kita sudah kumpulkan para kiai dari beberapa kabupaten. Harapan kami, karena sampai saat ini belum ada obat atau vaksin, pihak pesantren harus serius dalam mengelola, terutama dalam penerapan protokol kesehatan," kata dia di Tasikmalaya, Rabu (11/11).
Ia juga mengingatkan agar pengurus pesantren meningkatkan koordinasi dengan Satgas Penanganan Covid-19 setempat jika ditemukan kasus positif. Menurut dia, saat ini masih banyak pesantren yang seolah-olah menutupi kasus Covid-19 di lingkungannya. n bayu adji p, ed:ilham tirta