REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupaya meningkatkan kepercayaan investor global terhadap Indonesia. Saat ini otoritas telah mengeluarkan berbagai kebijakan di tengah pandemi Covid-19.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan saat ini kinerja industri keuangan mulai tumbuh positif. Hal ini tercermin dari ketersediaan likuiditas perbankan yang masih mencukupi. “Likuiditas tidak terlalu khawatir karena dana pihak ketiga sudah tumbuh double digit, angkanya per September 2020 sebesar 12,88 persen,” ujarnya saat di Komisi XI DPR, Kamis (12/11).
Menurutnya pertumbuhan DPK merupakan wujud dari kebijakan yang akomodatif dari kebijakan fiskal dan moneter. Hal ini mendorong perusahaan jasa keuangan melakukan ekspansi bisnis. “Seluruh BUKU mengalami kenaikan besar pada DPK. Hanya BUKU I yang mengalami penurunan tapi ini bukan karena quality tapi ada konversi dari BUKU I ke BUKU II,” jelasnya.
Dari sisi kinerja pasar modal, lanjut Wimboh, juga mengalami perbaikan. Tercatat pada pekan pertama November 2020 aliran modal asing atau net buy sebesar Rp 5,23 triliun. “Ada sentimen positif di pasar modal, IHS juga sudah menembus 5.509,5,” ucapnya.
Wimboh menyebut tanda-tanda pemulihan ekonomi juga terlihat dari pasar obligasi negara. Tercatat imbal hasil atau yield surat utang negara (SUN) acuan tenor 10 tahun berada pada level 6,7 persen atau menurun dari sebelumnya sebesar 6,97 persen. “Penurunan yield merupakan sentimen positif karena harga SUN menjadi naik,” ucapnya.
Kemudian dari sisi dana di pasar modal atau raising fund sebesar Rp 97,7 triliun dari 145 emiten. Adapun jumlah pencarian dana diantaranya berasal dari 44 emiten baru melalui mekanisme initial public offering (IPO). “Nantinya sampai Desember 2020, akan ada 33 emiten yang raising fund dengan indikasi dana sebesar Rp 17,28 triliun,” ucapnya.