REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) optimistis aliran modal asing akan terus masuk ke pasar keuangan domestik dan lebih besar pada 2021. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan likuiditas global, aliran modal asing mulai kembali masuk dalam negeri.
"Kami memandang kondisi ini akan positif mendorong inflow ke emerging market, termasuk Indonesia," katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (19/11).
Tercatat pada periode Oktober hingga 16 November 2020, investasi portofolio masuk atau nett inflow sebesar 3,68 miliar dolar AS. Perry mengatakan aliran modal ini akan masuk lebih besar pada 2021 dibandingkan tahun 2020.
Aliran modal tersebut akan memperkuat lagi stabilitas eksternal dan nilai tukar rupiah. Secara umum, aliran modal asing akan ketidakpastian pasar keuangan global menurun didorong oleh ekspektasi positif terhadap prospek perekonomian global, meredanya ketidakpastian pemilu AS, juga perkembangan vaksin.
Mulai membaiknya portofolio aliran modal asing membawa efek positif pada nilai tukar rupiah yang terus menguat. Selain itu juga karena didukung langkah-langkah stabilisasi Bank Indonesia.
Perry mengatakan nilai tukar Rupiah pada 18 November menguat 3,94 persen (ptp) dibandingkan dengan level Oktober 2020. Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada bulan sebelumnya sebesar 1,74 persen (ptp) atau 0,67 persen secara rerata dibandingkan dengan level September 2020.
"Penguatan Rupiah didorong peningkatan aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik seiring dengan turunnya ketidakpastian pasar keuangan global dan persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik," katanya.
Dengan perkembangan ini, Rupiah sampai dengan 18 November 2020 mencatat depresiasi sekitar 1,33 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2019. Ke depan, Bank Indonesia memandang penguatan nilai tukar Rupiah berpotensi berlanjut seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued.
Hal ini didukung defisit transaksi berjalan yang rendah, inflasi yang rendah dan terkendali, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun, serta likuiditas global yang besar. BI, katanya, berkomitmen, terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.