Jumat 20 Nov 2020 20:20 WIB

Emil Jelaskan Kronologi Kasus Megamendung Saat Diperiksa

Izin acara di Megamendung hanya untuk kegiatan kecil bukan acara besar.

Rep: Ali Mansur/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menggelar konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (20/11).  Dia telah menjalani pemeriksaan sekitar 7 jam terkait kerumunan massa di Megamendung, Bogor, Jawa Barat.
Foto: Republika/Ali Mansur
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menggelar konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (20/11). Dia telah menjalani pemeriksaan sekitar 7 jam terkait kerumunan massa di Megamendung, Bogor, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil atau Emil membeberkan kronologi kasus kerumunan massa dalam acara yang diikuti Habib Rizieq Shihab (HRS) di Megamendung, Kabupaten Bogor. Penyampaian kronologi disampaikan setelah Emil menjalani pemeriksaan oleh Bareskrim Polri sekitar tujuh jam, pada Jumat (20/11). Ia menyebut izin di Megamendung hanya untuk kegiatan kecil bukan acara besar.

"Kronologi yang terjadi di Bogor. Pertama itu adalah Sholat Jumat dan peletakan batu pertama, itu laporan panitianya ke camat, ke Satgas Kabupaten hanya itu. Jadi bukan acara besar yang mengundang, hanya acara rutin," terang Emil saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (20/11).

Baca Juga

Sebenarnya, menurut Emil, petugas sudah mengingatkan kepada panitia penyelenggara terkait adanya potensi kerumunan massa. Peringatan itu dinilai sebagai tindakan pencegahan. Tapi fakta di lapangan tidak demikian, karena acara yang dihadiri petinggi Front Pembelas Islam (FPI) itu dibanjiri massa.  

Dia mengatakan, tidak sedikit masyarakat yang datang hanya untuk melihat-lihat saja, hingga situasi di lapangan menjadi masif.

"Dalam kondisi lapangan yang massa sudah masif, pelaksana di lapangan punya dua pilihan, melakukan persuasif humanis atau represif," ungkap Emil.

Kemudian, Emil melanjutkan, karena massa yang hadir sudah sangat besar, maka Kapolda Jawa Barat saat itu memilih untuk melakukan pendekatan humanis nonrepresif. Karena, Emil berpendapat, jika yang dipilih adalah tindakan represif potensi terjadinya gesekan sangat besar. Kendati demikian, pilihan itu membawa dampak bagi jabatan Kapolda Jawa Barat.

"Walaupun akhirnya pilihan-pilihan itu memberikan konsekuensi pada institusi di kepolisian yang tentunya saya sangat hormati, terkait hal ini," ucap Emil.

Sebelumnya Emil hadir memenuhi undangan Bareskrim Polri untuk memberikan klarifikasi terkait dugaan pelanggaran protokol kesehatan di acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang dihadiri HRS di Megamendung, Bogor beberapa waktu lalu. Dia menegaskan dirinya dipanggil bukan untuk diperiksa.

"Saya hadir sebagai Gubernur Jawa Barat untuk dimintai keterangan saja untuk klarifikasi.  Nanti hasilnya insya Allah saya sampaikan setelah klarafikasi. Bukan diperiksa, dimintai keterangan," terangnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement