REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Perindustrian menyebut Pelabuhan Patimban berperan dalam mendongkrak daya saing industri otomotif, karena sebagai pintu gerbang utama dalam proses bongkar muat ekspor dan impor, yang juga memberikan beragam manfaat bagi perekonomian pusat maupun daerah melalui peningkatan pajak dan pendapatan negara sebagai dampak meningkatnya konsumsi dan produksi.
”Kami berpendapat, Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang, Jawa Barat yang akan diluncurkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat, tentunya memiliki nilai yang sangat penting bagi pengembangan industri otomotif nasional,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono lewat keterangan resmi di Jakarta, Sabtu (21/11).
Sigit menjelaskan, Pelabuhan Patimban didedikasikan untuk menjadi hub besar dalam produksi kendaraan bermotor di Indonesia maupun ekspor produk otomotif ke pasar global.
Diharapkan operasional Pelabuhan Patimban dapat membangkitkan optimisme perusahaan industri dan pelaku usaha lainnya terkait pemulihan ekonomi nasional melalui peningkatan aktifitas ekspor-impor serta peningkatan produksi dan konsumsi dalam negeri.
”Kami mengajak seluruh pelaku industri otomotif baik pabrikan kendaraan bermotor, produsen komponen dan suku cadang, sampai ke industri bahan baku untuk dapat menjadikan Pelabuhan Patimban sebagai mitra strategis dalam aktifitas bongkar muat barang untuk ekspor-impor sehingga pelabuhan ini dapat menjadi pusat perdagangan internasional,” paparnya.
Sigit optimistis, keberadaan Pelabuhan Patimban bakal mendongkrak daya saing industri otomotif di tanah air. Apalagi, industri otomotif merupakan salah satu sektor andalan yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional.
“Saat ini, ada 19 perusahaan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang ada di Indonesia dengan nilai investasi sebesar Rp93,22 triliun untuk kapasitas produksi sebesar 2,35 juta unit per tahun, dan menyerap tenaga kerja langsung sebesar 38 ribu orang, serta lebih dari 1,5 juta orang yang bekerja di sepanjang rantai nilai industri tersebut,” sebutnya.
Selain itu, produk kendaraan bermotor produksi dalam negeri telah mampu menembus pasar ekspor ke lebih dari 80 negara di dunia. Pada Januari-September 2020, ekspor kendaraan CBU (Completely Build Up) sebanyak 155,25 ribu unit atau senilai Rp28,20 triliun, kemudian ekspor kendaraan CKD (Completely Knock Down) sebanyak 34,72 ribu set atau senilai Rp1,10 triliun, dan pengapalan komponen sebanyak 40,36 juta pieces atau senilai Rp15,20 triliun.
“Dalam program Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada tanggal 4 April 2018, sektor industri kendaraan bermotor nasional ditargetkan akan menjadi pemain global dan ekspor hub kendaraan bermotor baik untuk kendaraan berbasis bahan bakar minyak atau ICE (Internal Combustion Engine) maupun kendaraan listrik atau EV,” katanya.
Pemerintah juga menargetkan produksi kendaraan listrik pada tahun 2025 sebesar 20 persen dari total produksi nasional, di mana angka 20 persen termasuk di dalamnya adalah Hybrid Vehicle, Plug in Hybrid Vehicle, Battery Electric Vehicle, dan Fuel Cell Electric Vehicle.
Target tersebut akan dapat mendukung pencapaian target pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen pada tahun 2030 (atas upaya sendiri), menarik investasi di sektor industri komponen utama (baterai, motor listrik dan power control unit) yang memiliki valuasi/nilai ekonomi sangat tinggi, serta mendorong hilirisasi bahan baku baterai di Indonesia.