REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Pada 23 November 2002, kontes Miss World di Nigeria dipindahkan ke London menyusul kerusuhan yang terjadi karena para pemuda Muslim menentang kontes tersebut. Kerusuhan menelan korban jiwa 215 orang dan melukai 500 orang di kota Kaduna.
Dalam sebuah pernyataan, penyelenggara kontes mengatakan, perubahan lokasi kontes bertujuan untuk kepentingan keseluruhan Nigeria dan para kontestan. "Kontes Miss World pasti akan tetap dilanjutkan," ujar Humas kontes Stella Din dilansir laman BBC History.
Para kontestan Miss World berada di bawah tekanan untuk membatalkan kontes bahkan sebelum mereka tiba di Afrika. Meski, masalah muncul sejak kedatangan para kontestan pada awal bulan November.
Banyak Muslim Nigeria yang marah karena acara tersebut. Mereka menilai acara Miss World merupakan penghinaan terhadap gagasan konservatif tentang kesopanan feminin yang akan diadakan selama bulan suci Ramadhan.
Awalnya protes hanya terbatas pada pernyataan marah para pemimpin Islam dan ulama. Kemudian pada 16 November sebuah harian Nigeria, ThisDay menerbitkan sebuah artikel yang ditulis oleh jurnalis berusia 21 tahun Isioma Daniel. Artikel itu menyebut Nabi Muhammad mungkin bakal menikahi salah satu kontestan. Banyak Muslim sangat tersinggung atas penghinaan itu.
Kemudian, pada 20 November para pemuda di Kaduna membakar kantor surat kabar setempat. Dua hari sebelumnya pertempuran menjadi pertumpahan darah sektarian.
Penduduk Muslim dan Kristen membakar tempat-tempat ibadah dan saling menyerang. Hingga pada 22 November diberlakukan jam malam.
Pasukan dan polisi menanggapi kerusuhan dengan keras. Palang Merah mengatakan sekitar 100 orang telah tewas dan jalan-jalan di Kaduna berserakan dengan mayat.
Kaduna merupakan sebuah kota di negara bagian Zamfara yang mayoritas penduduknya Muslim dan memiliki minoritas Kristen yang besar. Presiden Nigeria kala itu, Olusegun Obasanjo berpidato di televisi bersama dengan para pemimpin agama untuk memohon ketenangan nasional.
Dia menyalahkan laporan media atas kekerasan tersebut, bukan kontes itu sendiri. "Itu bisa terjadi kapan saja jurnalisme yang tidak bertanggung jawab dilakukan terhadap Islam," ujarnya.
Selain karena penerbitan artikel, kerusuhan terjadi ketika para pegiat memprotes hukuman mati yang dijatuhkan pada seorang perempuan muda Nigeria bernama Amina Lawal. Lawal mendesak pemboikotan Miss World.
Pada 22 Maret, perempuan berusia 31 tahun itu dijatuhi hukuman rajam sampai mati oleh pengadilan Islam di negara bagian utara Katsina karena melahirkan seorang anak di luar nikah setelah dia diperkosa. Pengacaranya mengajukan banding atas keputusan tersebut.
Pada 24 November, kontestan Miss World tiba di Inggris dengan sangat melegakan keluarga dan teman-teman mereka. Mereka meninggalkan tragedi pembantaian di Nigeria.
Dua hari kemudian, wakil gubernur Zamfara mengumumkan bahwa pemerintah negara bagian telah mengesahkan fatwa agama, tentang jurnalis Isioma Daniel meskipun telah banyak permintaan maaf yang dibuat oleh surat kabar ThisDay.
Daniel melarikan diri ke Amerika Serikat pada 27 November dan masih bersembunyi meskipun pemerintah Nigeria mengatakan tidak akan membiarkan dia dirugikan oleh fatwa yang dikeluarkan. Miss World dipindahkan ke London dan pada 7 Desember. Miss Turki memenangkan kompetisi. Sementara Amina Lawal memenangkan bandingnya terhadap hukuman mati pada September 2003.