REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebagian besar kegiatan pembelajaran masih dilakukan secara daring atau jarak jauh. Namun, ada beberapa sekolah yang sudah memulai pembelajaran tatap muka atau luring secara terbatas di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
Salah satunya SMKN 3 Kota Yogyakarta, yang sudah memulai sekolah tatap muka sejak Oktober 2020 lalu. Kepala SMKN 3 Yogyakarta, Bujang Sabri mengatakan, pihaknya menerapkan blended learning yaitu memadukan antara pembelajaran secara luring dan daring.
Pembelajaran tatap muka di sekolah hanya untuk kegiatan praktikum. Sehingga, untuk pembelajaran yang sifatnya teori masih dilakukan secara daring. "Yang sudah mulai (tatap muka) hanya untuk mata pelajaran produktif (praktikum)," kata Bujang kepada Republika.
Bujang menyebut, kebijakan yang diambil sudah sama dengan edaran yang sudah dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Pemerintah pusat memperbolehkan sekolah untuk memulai kegiatan pembelajaran secara tatap muka mulai Januari 2021 mendatang.
Dalam sistem pembelajaran secara tatap muka ini, Bujang menyebut, pihaknya menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan ketat. Hal ini juga didukung dengan adanya sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran tatap muka.
"Bagi kami tidak ada masalah (untuk tatap muka), malah memperkuat kami untuk melakukan pembelajaran secara luring dengan protokol kesehatan yang ketat. Fasilitas kebersihan memadai, ada tempat cuci tangan dan seluruh warga sekolah diwajibkan menggunakan masker," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta mengatakan, pihaknya belum melaksanakan pembelajaran secara tatap muka. Terkait diperbolehkannya sekolah tatap muka pada awal 2021 mendatang, pihaknya masih harus membahas lebih lanjut bersama orang tua murid.
"Kami kabari kalau sudah ada info resmi. Belum kami bahas secara komprehensif masalahnya," ujar Fitri.
Walaupun begitu, Fitri sebelumnya juga sempat mengatakan, pihaknya telah menyiapkan skenario pembelajaran tatap muka secara terbatas. Saat ini, proses pembelajaran di sekolah tersebut masih dilakukan secara daring.
Pihaknya juga melakukan simulasi penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Melalui simulasi ini, sudah ada kesiapan protokol kesehatan jika nantinya sekolah tatap muka terbatas dapat dilakukan.
Fitri menjelaskan, jika kondisi sudah memungkinkan untuk melakukan pembelajaran tatap muka, maka sistem yang diterapkan yaitu blended learning. Artinya, akan dikombinasikan sistem pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring.
"Kalau nanti dari dapat izin dari Muhammadiyah Covid-19 Command Center, Majelis Dikdasmen dan (izin) berlapis lagi dari dinas (pendidikan) dan orang tua, maka kemungkinan sedikit demi sedikit akan pulih interaksi anak (dengan sekolah tatap muka terbatas)," kata Fitri.
Fitri menyebut, sudah banyak orang tua siswa yang menanyakan terkait kepastian memulai sekolah tatap muka. Namun, hal ini harus dipertimbangkan dengan baik agar tidak terjadi penularan Covid-19 di lingkungan sekolah.
Sehingga, diperlukan izin dari berbagai pihak untuk memulai sekolah tatap muka dengan terbatas. "Tantangan itu dari segi kesehatan, karena anak-anak SMA itu imunnya sedang bagus-bagusnya. Khawatirnya yang terpapar gurunya kalau ada tatap muka separuh (blended learning) kita berlakukan," ujar Fitri.