REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Mohammad Nuh mengajak kalangan milenial untuk bersikap dermawan dan menjadikan wakaf sebagai gaya hidup. Dia mengatakan, milenial Indonesia memiliki ciri khas yaitu sikap dermawan, selalu memiliki motivasi yang memberikan makna, dan punya kekuatan jiwa sosial.
Nuh menyampaikan hal itu saat membuka agenda webinar Wakaf Goes To Campus Virtual yang digelar BWI dengan tajuk 'Penguatan Literasi dan Jurnalistik Wakaf Produktif Menuju Masyarakat Sadar Wakaf untuk Indonesia Bermartabat', Selasa (24/11). Dia menjelaskan, tingkat kesadaran berbagi di Indonesia mengalami kenaikan tertinggi selama 10 tahun belakangan berdasarkan Charity Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2019.
"Kalau bangsa Indonesia umumnya dermawan dan anak-anak mudanya punya nilai-nilai itu, maka kesimpulannya milenialis Indonesia selalu memberikan makna dan memiliki jiwa sosial yang tinggi. Kalau ada milenial yang tidak punya ini, berarti keluar dari kelaziman anak muda Indonesia," kata dia dalam webinar yang dihadiri 1.000 lebih partisipan itu.
Nuh juga mengajak untuk membeli masa depan dengan harga sekarang yang murah melalui wakaf. Dia mengatakan, wakaf termasuk di dalam sedekah jariyah sebagai bentuk kebaikan yang tak mengenal waktu seperti halnya ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.
"Wakaf itu menyambungkan antargenerasi. Kita ingin nilai keislaman ini tersambung antargenerasi. Dan yang bisa menyambungkan adalah wakaf. Maka kita ingin wakaf menjadi gaya hidup," tutur mantan menteri pendidikan itu.
Kalangan anak muda atau milenial, lanjut Nuh, punya posisi yang strategis di setiap zaman dan peran penting untuk menjadikan wakaf sebagai gaya hidup. Jejak strategis anak muda itu terekam pada zaman Rasulullah SAW. Saat itu, Muawwiz bin Afra dan Muaz bin Amr Al-Jamuh, yang masih berusia 14 dan 13 tahun, mengambil inisiatif membunuh musuh umat Muslim Abu Jahal.
"Mereka masih anak SMP (kalau sekarang). Nah, Abu Jahal sekarang ini adalah kebodohan dan kemiskinan. Begitu juga Fatih atau Sultan Mehmet II, yang menaklukkan Byzantium di Istanbul ketika usianya masih 21 tahun," terang Nuh.