REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saatnya menyembuhkan luka yang diakibatkan Diego Maradona kepada Inggris pada Piala Dunia 1986 Maradona harus dikenang karena prestasinya dalam sepak bola ketimbang gol Tangan Tuhan yang paling terkenal itu, kata mantan gelandang Inggris Trevor Steven yang menjadi lawan Maradona, 34 tahun silam.
Maradona meninggal dunia setelah mengalami serangan jantung di rumahnya di pinggiran Buenos Aires, Rabu (25/11). Ia berpulang, kurang dari satu bulan dari hari ulang tahunnya yang ke-60.
Tiga puluh empat tahun silam, Argentina menyingkirkan Inggris dari perempat final Piala Dunia di Meksiko ketika Maradona mencetak dua gol dalam jangka waktu empat menit.
Gol pertamanya diabadikan dalam dongeng sepak bola sebagai gol 'Tangan Tuhan'. Bintang Argentina yang bertubuh mungil itu melompat di depan kiper Inggris Peter Shilton untuk meninju bola sehingga masuk ke gawang yang sudah kosong.
Gol keduanya adalah hasil dari terobosannya yang menawan. Ia berlari solo dan tidak terduga bisa melewati separuh tim Inggris untuk mencetak gol yang kemudian dikenal sebagai 'Goal of the Century' atau 'Gol Abad Ini'.
"Dia mencetak gol paling terkenal dalam sejarah sepak bola dunia dan juga gol paling ikonik serta fantastis mengingat situasinya," kata Steven yang turut bertanding di lapangan menghadapi Maradona hari itu di Stadion Azteca, kepada Reuters.
Ia bercerita, perempat final Piala Dunia 1986 dimainkan di ketinggian 9.000 kaki di atas permukaan laut dan dalam suhu di atas 37 derajat celcius. Bermain dalam kondisi tersebut, kata Steven, dinilainya sebagai tantangan tersendiri. Namun pada saat orang menyaksikan level yang Maradona mainkan seperti mendekati mustahil.
Inggris marah dengan cara Maradona mencetak gol pertamanya dan Shilton menyatakan tidak akan pernah memaafkan Maradona. Steven mengakui rekan-rekan satu timnya memang marah besar.
"Dia curang dan lolos begitu saja. Dia tidak pernah terlihat mengakui apa yang telah dia lakukan," kata mantan gelandang Everton, Burnley dan Rangers ini. "Itu menempatkan kami pada jalan tersisih dari Piala Dunia. Kami merasa peluang potensial kami telah dirampok."
Steven sudah pasti mengaguminya, tetapi ia tak tahu apakah menyukai atau membenci Maradona sebagai individu karena efek tindakannya terhadap Inggris dan dirinya. Walaupun begitu, waktu pula yang melunakkan hati mantan pemain timnas Inggris berusia 57 tahun itu. Perasaan marah itu agak berkurang dan luka Steven pun sembuh.
"Anda bisa menganggap Maradona sebagai apa adanya, yakni pesepakbola yang jenius, jenius yang cacat dalam gaya hidupnya. Namun dalam soal kemampuan sepak bolanya, dia luar biasa," kata dia.
Dari semua pemain hebat di seluruh dunia, menurut Steven, tak ada yang bisa melakukan seperti Maradona. Gol Tangan Tuhan, kata dia, hanya sepersekian detik dari 15 tahun karier sepak bola profesional Maradona yang gemilang.
"Jadi kita mesti mengingat dia karena prestasi-prestasi itu ketimbang menjadi sangat picik atau personal akibat perbuatannya bulan Juni 1986 itu," kata Steven.