REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Bintang jatuh saat keadaan gelap memang kerap kita saksikan. Namun, bagaimana jika ada 40 ribu bintang di Galaksi Bima Sakti jatuh dari langit yang bisa kita lihat di waktu bersamaan?.
Badan Antariksa Eropa (ESA) melalui observatorium luar angkasa Gaia, saat ini menyajikan fenomena itu melalui tontonan simulasi. Dalam simulasi itu, bintang-bintang terletak di jarak sekitar 325 tahun cahaya matahari Bumi, dan melesat di luar angkasa. Peristiwa ini meninggalkan jejak cahaya panjang di belakangnya.
Menurut peneliti ESA, pada dasarnya simulasi tersebut menunjukkan pola yang tidak mengejutkan. Namun, pada akhir gambaran, sebagian besar bintang tampak berkumpul di sisi kanan layar, sedangkan sisi kiri tetap relatif kosong.
Lanjutnya, hal itu bukan karena bintang-bintang ditarik oleh lubang hitam yang baru lahir. Hanya saja, matahari yang terus bergerak menyebabkan bintang-bintang yang lewat tampak lebih mengelompok ke arah yang berlawanan.
"Jika Anda membayangkan diri Anda bergerak melalui kerumunan orang (yang berdiri diam), maka di depan Anda orang-orang akan tampak bergerak menjauh saat Anda mendekati mereka, sementara di belakang Anda orang-orang akan tampak berdiri semakin dekat saat Anda bergerak. menjauh dari mereka," tulis peneliti ESA dalam sebuah posting blog dikutip dari live science Rabu (9/12).
Menurutnya, efek ini terjadi karena gerakan matahari terhadap bintang-bintang. Dia mengatakan jika setiap titik cahaya mewakili satu objek nyata di Bima Sakti. Setiap jejak yang bersinar, menunjukkan gerakan objek yang diproyeksikan melalui galaksi selama 400 ribu tahun ke depan. Garis yang lebih terang dan lebih cepat terletak di dekat tata surya kita, sementara garis yang lebih redup dan lebih lambat tinggal lebih jauh.
Data yang seperti mosaik kunang-kunang kosmik ini berasal dari rilis data resmi ketiga satelit Gaia (EDR3), yang tersedia untuk umum mulai 3 Desember. Sumber data baru berisi informasi terperinci tentang lebih dari 1,8 miliar benda langit. Menurut rilis berita dari ESA, jumlah itu termasuk tepatnya posisi, kecepatan dan lintasan orbit lebih dari 330 ribu bintang dalam jarak 325 tahun cahaya dari Bumi,
Satelit Gaia diluncurkan pada 2013 dengan misi cepat untuk mengukur posisi, jarak, dan gerakan bintang. Rilis data kedua, yang dirilis pada 2018, membantu astronom mengumpulkan peta paling detail dari alam semesta. Rilisan ketiga yang baru menambahkan sekitar 100 juta objek baru ke harta karun katalog bintang yang sudah ada.