Rabu 25 Nov 2020 18:07 WIB

Ilmuwan Temukan Fakta Mengejutkan Tabrakan Galaksi Bimasakti

Galaksi Bima Sakti bertabrakan dengan galaksi kecil pada 700 juta tahun lalu.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Gambar pusat Galaksi Bima Sakti yang diambil dari instrumen HAWK-I.
Foto: esa
Gambar pusat Galaksi Bima Sakti yang diambil dari instrumen HAWK-I.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tabrakan yang dialami Galaksi Bimasakti di masa lalu mungkin masih berdampak hingga saat ini. Sekitar 700 juta tahun yang lalu, galaksi Bima Sakti mengalami tabrakan yang meninggalkan bekas yang bertahan lama pada bentuknya.

Galaksi Bima Sakti mengalami perubahan yang ganas karena tabrakan dengan galaksi yang lebih kecil yang dikenal sebagai Awan Magellan Besar (LMC). Efek dari tabrakan kosmik ini masih terlihat hingga hari ini.

Baca Juga

Menurut para ilmuwan, penemuan ini mengubah pemahaman  tentang evolusi galaksi dan sejarah galaksi Bima Sakti. Dilansir di Independent, Rabu (25/11), untuk waktu yang lama, galaksi tempat kita tinggal, Bima Sakti, dipandang relatif statis, atau telah jatuh ke dalam keseimbangan. Namun, pandangan itu berubah dengan temuan baru.

Para astronom dapat menjelajahi bagaimana LMC membelokkan gerakan Bima Sakti menggunakan model statistik. Model memungkinkan para ilmuwan untuk menghitung kecepatan awal terjauh di Bima Sakti.

LMC hidup sebagai galaksi yang mengekor Bimasakti. LMC dapat dilihat sebagai awan samar di langit malam Belahan Bumi Selatan. Tapi yang tidak bisa dilihat adalah lingkaran cahaya materi gelap yang mengelilinginya LMC.

Lingkaran materi gelap tampaknya memutar cakram Bima Sakti, menariknya ke arah konstelasi Pegasus. Arah aneh tersebut tampaknya merupakan hasil dari fakta bahwa LMC bergerak lebih cepat daripada Bima Sakti.

"Penemuan ini jelas mematahkan pendapat bahwa galaksi kita berada dalam semacam keadaan kesetimbangan. Ini mungkin memberi kita pandangan yang tak tertandingi tentang distribusi materi gelap di kedua galaksi," kata Jorge Peñarrubia, peneliti Astronomi di Universitas Edinburgh, tempat penelitian dilakukan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement