REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANCISCO -- Perusahaan pesawat Boeing mengumumkan kerja sama dengan Universitas Arizona Amerika Serikat telah menghasilkan inovasi baru melawan Covid-19. Boeing akan menerapkan teknik kuno disinfeksi termal dalam perang melawan Covid-19.
Para peneliti memvalidasi bahwa menerapkan panas ke permukaan secara efektif menghilangkan SARS-CoV-2. Terutama pada peralatan dek penerbangan yang sulit dibersihkan selama ini.
Hasil penelitian Universitas Arizona menunjukkan virus asal Wuhan, China itu dapat dihancurkan lebih dari 99,99 persen setelah tiga jam terpapar suhu 50 derajat Celcius (120 derajat Fahrenheit). Virus itu masih dapat secara efektif dibunuh lebih dari 99,9 persen pada suhu 40 derajat Celcius (104 derajat Fahrenheit).
"Keselamatan penumpang dan awak adalah prioritas utama kami, mulai dari kabin hingga dek penerbangan," kata Michael Delaney selaku kepala Confident Travel Initiative (CTI) Boeing yang memimpin penelitian tersebut dilansir kantor berita Bernama pada Kamis (17/12).
Delaney optimistis hasil penelitian itu dapat menjadi senjata baru dalam perang melawan Covid-19. "Disinfeksi termal dapat menjadi temuan berharga untuk menghancurkan Covid-19 pada komponen sensitif dan sulit dijangkau di bagian dekat pilot," ujar Delaney.
Boeing menyelesaikan pengujian yang dilakukan di laboratorium terlindungi di universitas Arizona menggunakan bagian dek penerbangan dan SARS-CoV-2 pada musim gugur ini. "Kami pada dasarnya menggoreng virus," kata Charles Gerba selaku ahli mikrobiologi dan ahli penyakit menular dari Universitas Arizona.
"Disinfeksi termal adalah salah satu cara tertua untuk membunuh mikro-organisme penyebab penyakit. Metode ini digunakan oleh ahli mikrobiologi di laboratorium kami setiap hari," lanjut Gerba.
Dek penerbangan dirancang untuk menahan suhu hingga 160 derajat Fahrenheit (sekitar 70 derajat Celcius). Kondisi tersebut membuat disinfeksi termal menjadi metode sanitasi aman, praktis, dan efektif.