REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Virus Covid-19 dapat menyebabkan kematian apabila menyerang mereka yang memiliki riwayat strok. Sebuah studi oleh para peneliti di University of California, Los Angeles Health Sciences membantu menjelaskan bagaimana Covid-19 meningkatkan risiko strok.
Para peneliti mencoba menerangkan bagaimana virus tersebut, dapat meningkatkan risiko strok jantung dengan menggunakan model pembuluh darah 3D dari pasien yang menderita strok. Sebagai bagian dari penelitian, para peneliti menggunakan cairan yang dibubuhi protein mirip Covid-19 melalui model 3D.
"Menggunakan model vaskular silikon 3D cetak untuk meniru kekuatan yang dihasilkan oleh darah yang mendorong melalui arteri yang menyempit secara tidak normal, suatu kondisi yang disebut aterosklerosis intrakranial," menurut rilis resmi peneliti, dilansir dari The Hindu Busines Line, Kamis (24/12).
Melalui studi tersebut, para peneliti dapat menunjukkan bahwa kekuatan ini bekerja pada sel yang melapisi arteri, dan meningkatkan produksi molekul yang disebut angiotensin-converting enzyme 2, atau ACE2, yang digunakan virus corona untuk memasuki sel di permukaan pembuluh darah.
"Aliran secara langsung mempengaruhi ekspresi ACE2," kata Dr Jason Hinman, asisten profesor neurologi di David Geffen School of Medicine di UCLA.
Model 3D yang digunakan oleh para peneliti UCLA untuk penelitian ini, dibuat berdasarkan data dari CT scan pembuluh darah di otak manusia. Permukaan bagian dalam model kemudian dilapisi dengan sel endotel yang mirip dengan pembuluh darah manusia.
Setelah mengamati efek imitasi "virus" dalam aliran darah, para peneliti memastikan bahwa partikel tersebut memang berinteraksi dengan sel-sel yang melapisi pembuluh darah, sebagian besar di wilayah otak dengan kadar ACE2 yang lebih tinggi. “Temuan ini bisa menjelaskan peningkatan insiden stroke yang terlihat pada infeksi Covid-19,” kata Hinman.
Para ilmuwan, selanjutnya menganalisis gen mana yang dihidupkan di sel endotel setelah mengikat dengan protein lonjakan virus corona. Hal ini mengarah pada kesimpulan bahwa sekumpulan gen respon imun spesifik yang ditemukan di sel pembuluh darah otak telah diaktifkan, tetapi tidak di sel endotel dari organ tubuh lain.
“Ada respons endotel otak yang unik terhadap virus yang mungkin membantu dalam mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko lebih tinggi terkena stroke,” jelas Hinman.
Para peneliti bermaksud untuk melakukan studi lanjutan menggunakan virus korona hidup dalam model pembuluh darah yang dicetak 3D untuk lebih mengkonfirmasi temuan studi tersebut. Penulis lain dari penelitian ini, termasuk di antaranya ahli saraf di Sekolah Kedokteran Geffen dan ilmuwan dari UC San Francisco dan Administrasi Kesehatan Veteran. Makalah ini diterbitkan di jurnal Stroke.