REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah lumrah bagi kalangan pesantren bahwa menuntut ilmu agama bukanlah proses yang bisa didapat dalam waktu singkat. Dibutuhkan keuletan, konsistensi, akhlak, hingga waktu yang lama untuk mengaji dari ulama yang mengkaji kitab dari sumber-sumber terpercaya.
Hafizahullah Abuya Arrazy Hasyim menjelaskan, sudah sepatutnya bagi siapa pun yang hendak memperdalam ilmu agama untuk mengaji menggunakan kitab. Tak hanya itu, mengaji menggunakan kitab juga tidak bisa dilakukan dengan asal.
Harus ada ulama mumpuni yang mengajarinya. Yang mana sanad keilmuannya dapat dipastikan bersambung ke sahabat hingga Rasulullah SAW.
“Jangan melebih-lebihkan tokoh tertentu di luar batasnya. Makanya kita dari dulu ngaji pakai kitab,” kata Abuya Arrazy Hasyim dalam kajian live streaming di Ribath Nouraniyah, baru-baru ini.
Beliau menjelaskan, mengaji menggunakan kitab sudah menjadi standar konkret dalam menggali ilmu agama. Mengaji menggunakan kitab juga merupakan ikhtiar yang zahir yang tidak mengusung khayalan. Terlebih dalam tradisi para ulama turos, kata beliau, para ulama yang mengarang suatu kitab memiliki disiplin keilmuan yang luas.
Jika seseorang boleh terkagum-kagum dengan pemikiran Barat di dalam aspek psikologi, sains, bahkan sosial, beliau menjelaskan, para ulama turos memiliki kapasitas keilmuan lebih tinggi dalam aspek-aspek tersebut jika dibandingkan dengan ilmuwan Barat.
Maka menurutnya, jika ada hiruk-pikuk orang yang meributkan kebenaran suatu tokoh dengan tokoh tertentu, alangkah baiknya tidak memberi pengkultusan. “Apa yang bisa kita buat, kita buat. Mereka sudah ada yang urus. Mari kita perbanyak zikir, berdoa semoga Allah lindungi bangsa dan negara ini,” ujarnya.