REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mempertimbangkan pemmberlakuan kondisi darurat untuk wilayah Metropolitan Tokyo dan sekitarnya. Pertimbangan itu diambil setelah angka kasus infeksi virus corona merangkak naik dan menjadi beban bagi sistem kesehatan Negeri Sakura.
Pada 31 Desember lalu, Jepang mengumum 4.520 kasus baru infeksi virus corona. Ini memicu Pemerintah Tokyo dan tiga prefektur tetangganya berharap kepada pemerintah pusat agar mendeklarasikan masa darurat nasional.
Tokyo bertanggung jawab atas lebih dari setengah kasus di seluruh negeri. Suga menolak permintaan tersebut, mengingat dampak besar terhadap ekonomi.
Langkah sementara yang dilakukan, meminta restoran dan tempat karaoke di wilayah Tokyo tutup pada pukul 20.00. Penutupan itu, lebih awal dibandingkan sebelumnya pukul 22.00. Sementara, bisnis yang menyediakan alkohol harus sudah tutup pada pukul 19.00 waktu setempat.
"Bahkan selama tiga hari masa liburan tahun baru, kasus tidak turun di wilayah Tokyo, kami merasa perlu pesan yang lebih kuat," kata Suga dalam konferensi pers untuk menandai tahun 2021, Senin (4/1).