Senin 04 Jan 2021 22:16 WIB

Total Kerugian Bencana Alam di Aceh Capai Rp 291 Miliar

Kerugian banjir di Aceh menjadi yang terbesar, yakni Rp 153 miliar.

Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyatakan banjir merupakan bencana yang paling banyak memberikan dampak kerugian bagi masyarakat Aceh sepanjang 2020 (Foto: ilustrasi banjir)
Foto: YUSUF NUGROHO/ANTARA
Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyatakan banjir merupakan bencana yang paling banyak memberikan dampak kerugian bagi masyarakat Aceh sepanjang 2020 (Foto: ilustrasi banjir)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menyatakan banjir merupakan bencana yang paling banyak memberikan dampak kerugian bagi masyarakat Aceh sepanjang 2020. Kerugian akibat banjir mencapai Rp 153 miliar.

“Total kerugian masyarakat akibat bencana pada 2020 mencapai Rp 291 miliar, di antaranya karena banjir sekitar Rp 153 miliar,” kata Kepala Pelaksana BPBA Sunawardi di Banda Aceh, Senin (4/1).

Baca Juga

Dia menjelaskan, kerugian akibat banjir memang sangat tinggi di Aceh, termasuk banjir bandang yang menimbulkan paling banyak kerugian baik kepada masyarakat maupun infrastruktur. BPBA mencatat pada tahun 2020 kejadian banjir di Aceh mencapai 95 kali.

“Banjir paling banyak disebabkan meluapnya air sungai dan pembalakan liar yang menyebabkan banjir bandang,” kata Sunawardi.

Menurut dia, Gubernur Aceh Nova Iriansyah telah menginisiasi agar sumber penyebab banjir perlu diidentifikasi untuk dilakukan studi kelayakan dan menyusun langkah-langkah untuk pelaksanaan secara bertahap. Kata dia, gubernur mencontohkan apa yang dilakukan negara Belanda dengan perencanaan yang baik dan membutuhkan waktu seratus tahun untuk mewujudkannya.

“Aceh juga harus memulai walaupun butuh waktu lama tapi kita berusaha melakukan penyelesaian sehingga semua pihak fokus pada satu tujuan tersebut,” katanya.

Sunawardi tidak menampik bahwa penanganan banjir masih banyak terkendala, mulai dari luas wilayah banjir yang harus dikendalikan. Semua membutuhkan biaya yang besar hingga sebagian besar sungai besar di wilayah Aceh berada di bawah kewenangan pemerintah pusat.

“Belum lagi ini diperparah tata kelola lingkungan yang buruk, pembalakan liar dan pembakaran hutan dan lahan,” katanya.

Namun, untuk penanganan jangka pendek, kata dia, BPBA tengah mempersiapkan desa tangguh dengan memasukan anggaran desa dalam kebutuhan kesiapsiagaan dan penanganan darurat. Kemudian juga rencana memperbanyak membangun shelter vertikal untuk korban banjir.

“Sedangkan penanganan masa darurat masih seputar pemenuhan kebutuhan masyarakat, sandang, pangan, kebutuhan air bersih dan huntara,” katanya.

Pada 2020, BPBA mencatat 802 kali bencana terjadi di Aceh, di antaranya kebakaran pemukiman 289 kali, kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) 205 kali, angin puting beliung 100 kali, banjir 95 kali dan longsor 57 kali. Selanjutnya, banjir dan longsor 13 kali, abrasi 12 kali, banjir bandang lima kali, banjir rob dua kali, kekeringan dua kali, sekali peritiwa gelombang pasang serta gempa bumi magnitudo antara 5,0 hingga 5,3 sebanyak 21 kejadian.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement