REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bersedih memang kerap menggelayuti hati manusia di waktu dan momentum tertentu. Umumnya ketika manusia dilanda musibah ataupun ujian dari Allah SWT.
Syekh Aidh Al-Qarni dalam buku La Tahzan menjelaskan, kesedihan dan ketakutan memang umum menggelayuti manusia. Bahkan Nabi-Nabi Allah SWT juga kerap digelayuti rasa sedih dan takut dalam menghadapi beragam ujian yang Allah turunkan.
Nabi Musa misalnya, beliau pernah mengalami ketakutan dalam jiwanya sebanyak tiga kali. Pertama, ketika dia masuk ke dalam persidangan Firaun.
Kedua, pada saat tukang sihir melemparkan tongkat mereka untuk membuktikan kedigdayaannya. Ketiga, di saat Nabi Musa dikejar Firaun dan bala tentaranya.
Namun di saat rasa takut dan sedih menimpa Nabi Musa, beliau tetap mendengarkan perintah dan petunjuk Allah. Meski takut dan sedih melandanya, ia tetap menggunakan rasionalitas serta rasa tunduk dengan cara menjalankan perintah-perintah Allah SWT.
Dijelaskan bahwa dalam kesedihan dan ketakutan, manusia dianjurkan untuk mencari ketenangan dan kedamaian bersama Allah. Sebab kedamaian hati seorang hamba berada dalam perasaan tenangnya bersama Allah.