Rabu 13 Jan 2021 04:25 WIB

Dampak Merger Gojek dan Tokopedia tidak Main-Main

Merger Gojek dengan Tokopedia diharapkan dapat mendongrak penjualan produk lokal

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Bukan Main! Dampak Merger Gojek dan Tokopedia Gak Main-Main (Foto: Tokopedia)
Bukan Main! Dampak Merger Gojek dan Tokopedia Gak Main-Main (Foto: Tokopedia)

Merger unicorn seperti Gojek dengan Tokopedia diharapkan dapat mendongrak penjualan produk lokal. Jika hal ini bisa terwujud, dampaknya akan sangat terasa bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengatakan, merger Gojek dengan Tokopedia bisa berdampak terhadap perekonomian nasional apabila penjualan lokal atau domestik bisa dioptimalkan. "Sisi ekonomi sangat tergantung apakah penjualan domestik di Tokopedia dioptimalkan. Bila impor, tidak ada banyak untungnya," ujar Aviliani di Jakarta, kemarin.

Baca Juga: Bukan Isu Monopoli, Catat Baik-Baik! Merger Tokopedia Gojek Berikan Dampak Positif Bagi Konsumen

Dia menyarankan, bila merger terlaksana, perlu meminimalisasi penjualan barang impor terutama untuk barang konsumtif. "Bila hanya impor, buat apa? Bila tidak produksi di sini, nilai tambah kecil," sebutnya.

Untuk itu, dia berharap dengan merger Tokopedia dengan Gojek maka kekuatan ekspansi makin tinggi. Dengan begitu, bisa membawa barang dari Indonesia merambah pasar luar negeri terutama untuk di regional Asia Tenggara. Di sisi lain, dia meminta isu dominasi pasar atau monopoli yang mungkin menjadi perhatian Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) diminta agar dinilai secara lebih bijak.

"Menurut saya, tidak relevan antara isu asing vs tidak asing. KPPU tak boleh dianggap ini dominasi pasar karena kita punya Undang-Undang (UU) Persaingan Usaha, kan. Trennya ke depan ini pasti akan ada banyak perusahaan yang akan merger dan akuisisi," ungkapnya.

Kacamata KPPU, menurutnya, memang tidak bisa hanya lihat dari satu sisi saja. Perlu melihat perspektif lain bahwa persaingan ini sehat. Rencana merger Tokopedia dengan Gojek sebagai praktik bisnis yang wajar karena ekosistem akan terjadi dengan sendirinya. "Dengan win-win solution," terusnya.

Tokopedia adalah platform jual beli barang dan menjadi salah satu e-commerce yang menguasai pasar. "Sementara, Gojek punya ekosistem layanan transportasi, makanan, dan lainnya. Gojek belum punya e-commerce. Dengan merger, keduanya makin besar," jelasnya.

Dia menuturkan, ekosistem digital yang lebih kuat berpotensi terbangun dari penggabungan dua entitas tersebut. Terlebih, Gojek segera menjadi salah satu pemilik bank dengan keunggulan digital, yaitu Bank Jago. "Maka, toko-toko yang berada dalam Tokopedia bisa dengan mudah mendapat pinjaman dari bank tersebut. Terbangunlah ekosistem digital," jelasnya.

Hal tersebut akan terjadi secara lebih efisien. Aviliani mengatakan, tanpa kolaborasi, seandainya masing-masing pihak membuka layanan sendiri-sendiri maka akan membutuhkan investasi dengan dana yang besar.

"Sedangkan dengan bergabung jadi lebih cepat membangunnya. Maka kalau mau jual sebagian saham, buat Gojek tentu untung dapat data banyak dari Tokopedia. Karena mereka dapat tawarkan kredit ke seller di Tokopedia," imbuhnya.

Menurut Ketua Umum Yayasan Next Indonesia Unicorn (NextICorn) Daniel Tumiwa, dampak merger Gojek dengan Tokopedia sangat signifikan. Termasuk bagi perkembangan ekonomi digital Indonesia. "Sangat (signifikan). Kalau bicara ekonomi digital Indonesia, langkah ini akan lebih mempercepat perkembangan ekonomi kita," paparnya.

Jika terealisasi, lanjut dia, merger Gojek dengan Tokopedia juga akan membuat kedua entitas bergerak sangat cepat. Memiliki keleluasan menjalankan berbagai hal yang saat ini mungkin masih terbentur sejumlah kendala.

"Memperluas jangkauannya dengan penawaran yang lebih lengkap. Tidak terhambat dengan isu-isu ego, proses, prosedur, ataupun hal teknis lainnya. Fokus untuk bisa sesegara mungkin mengangkat ekonomi Indonesia dengan pemberdayaan yang sudah dibawa oleh insititusi masing masing selama ini," ungkap Daniel.

Pengamat teknologi digital Heru Sutadi menilai, merger antara Gojek dan Tokopedia ini akan menjadi Super Apps. Namun, dalam ekonomi tradisional ini juga disebut konglomerasi.

"Tentu harus jadi perhatian jika ada penguasaan bisnis dari hulu hingga ke hilir yang berdampak misal pada harga ke konsumen dan persaingan usaha tidak sehat," jelas Heru.

Baca Juga: Kabar Merger Gojek-Tokopedia, CIPS: Penggunaan Data Pribadi Konsumen Keduanya Perlu Diatur

Sebelumnya, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kodrat Wibowo mengakui bila Gojek dan Tokopedia jelas sama-sama memiliki bidang usaha yang multisided market. Beberapa di antaranya berada dalam pasar yang relevan sama bidang utamanya, yaitu market place.

"Lalu soal apakah ada praktik monopoli? Kami harus melakukan penilaian terlebih dahulu apakah konsentrasi pasar di sektor marketplace akan berpotensi dimonopoli," ujar Kodrat.

Dia menjelaskan, walaupun untuk saat ini pihaknya belum mempunyai data hasil merger, secara umum dia masih melihat pemain utamanya seperti Blibli, Shopee, Lazada, dan lainnya cukup kompetitif. "Mereka masih cukup punya posisi yang bersaing satu sama lainnya," lanjutnya.

Bahkan dia juga mengingatkan secara diplomatis bila tim di KPPU siap kapanpun memberikan konsultasi pra-merger bila dibutuhkan Gojek dan Tokopedia. "Tapi bila tidak ya kami tunggu notifikasi setelah merger terealisasi saja," jelasnya.

Dia mengatakan pada dasarnya KPPU melihat sebuah merger punya potensi melanggar aturan larangan praktik monopoli atau tidak tentu setelah melalui proses penilaian KPPU. "Ini dilakukan setelah pihak bermerger melaksanakan kewajiban notifikasi pasca mereka merger," pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement