Ahad 17 Jan 2021 22:41 WIB

BMKG: Air Pasang Laut Manado Masuk ke Darat Bukan Tsunami

BMKG telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi hingga 19 Januari 2021.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi gelombang pasang air laut.
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi gelombang pasang air laut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Meteorologi Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Eko Prasetyo memastikan, air pasang laut yang masuk ke darat di wilayah Manado yang terjadi Ahad (17/1), bukan merupakan tsunami. Fenomena itu merupakan masuknya air laut yang disebabkan oleh gelombang laut yang bersamaan dengan fase pasang air laut. 

“Kejadian masuknya air laut ke daratan di Manado disebabkan gelombang laut yang bersuperposisi dengan fase pasang air laut. Di mana pada waktu yang bersamaan terjadi pasang air laut, angin kencang dan gelombang tinggi 2,5 meter sampai empat meter di perairan utara Sulawesi Utara,” ujar Eko kepada Republika.co.id, Ahad (17/1). 

Baca Juga

Eko pun membenarkan, peringatan dini mengenai gelombang tinggi di beberapa wilayah sebelumnya telah diumumkan. Menurut edaran peringatan dini gelombang tinggi yang diedarkan BMKG, selama 17 Januari sampai 19 Januari 2021, beberapa wilayah berpotensi mengalami gelombang tinggi setinggi 1,25 meter hingga 2,5 meter. 

Beberapa wilayah juga berpotensi mengalami sampai empat meter bahkan sampai enam meter. Wilayah Manado yang termasuk wilayah Sulawesi Utara termasuk wilayah yang berpotensi mengalami gelombang tinggi setinggi empat meter. 

Namun demikian, Eko menyebut limpasan air ke daratan ini bukan merupakan tsunami. “Bukan tsunami, ini hanya limpasan air laut ke daratan,” jelas dia.

Kondisi tingginya air pasang ini, kata Eko, dimulai pada sore hari. Puncak dari tingginya gelombang terjadi pada 16.30 WITA. Periode pasang surut yang terjadi selama kurang lebih enam jam lamanya, membuat kondisi air akan turun mulai malam hari. 

Sementara, hujan yang mengguyur Manado pada sore hari tadi juga menambah beban air yang masuk ke daratan Manado. Hal ini membuat volume air menjadi bertambah. 

“Penyebab utamanya air laut yang masuk daratan. Jika terjadi hujan akan menambah tingkat genangan dan menambah lama proses surutnya,” kata Eko. 

Eko pun mengimbau, masyarakat dapat mengambil langkah antisipatif terhadap potensi masuknya air laut ke daratan pada saat fase pasang air laut. Masyarakat yang berkegiatan perikanan darat, petani garam, dan pergudangan perlu melakukan tindakan antisipatif. 

“Ini bukan tsunami sehingga tidak perlu menjauhi pesisir,” kata dia. Meskipun demikian, dia meminta masyarakat untuk tetap waspada. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement