REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pengungsi tanggap darurat bencana erupsi Gunung Merapi di barak pengungsian Balai Desa Glagaharjo, Kabupaten Sleman memilih tetap bertahan di barak pengungsian mengikuti anjuran Pemkab Sleman. Sebelumnya, sudah ada rekomendasi dari BPPTKG bahwa para pengungsi sudah boleh dipulangkan, karena Merapi telah memasuki fase erupsi efusif.
"Pengungsi yang merupakan kelompok rentan dari Dusun Kalitengah Lor ini tetap bertahan di barak pengungsian, karena Pemerintah Kabupaten Sleman belum mengizinkan pulang ke rumah," kata Camat (Panewu) Cangkringan Suparmono di Sleman, Rabu (20/1).
Menurut dia, para pengungsi ini tetap bertahan sampai nanti ada instruksi dari Bupati Sleman terkait pemulangan pengungsi. "Pemkab Sleman belum akan memulangkan pengungsi karena saat ini masih dalam masa PPKM dari 11 hingga 25 Januari 2021, sehingga para pengungsi tetap berada di barak pengungsian," katanya.
Salah satu pengungsi di barak Glagaharjo, Sayem (65) mengatakan sudah tinggal di barak pengungsian Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan selama 2,5 bulan. Ia tidak akan pulang ke rumah sebelum ada perintah resmi dari pemerintah.
"Kalau belum ada perintah pulang, saya tetap bertahan di sini. Saya ikut pemerintah. Sebenarnya kadang-kadang ingin pulang. Kalau mau pulang pemerintah belum mengizinkan pengungsi untuk pulang," katanya.
Ketua Komunitas Siaga Merapi (KSM) Glagaharjo Rambat Wahyudi mengatakan jika pengungsi, terutama kelompok rentan tidak akan kembali ke rumah sebelum ada instruksi dari pemerintah Kabupaten Sleman, yang mengizinkan pengungsi pulang ke rumah masing-masing.
"Ikut anjuran Pemkab Sleman, kami tidak ingin kecolongan seperti kejadian erupsi Gunung Merapi 2006, dimana pengungsi pulang sehari kemudian erupsi," katanya.