Jumat 22 Jan 2021 18:08 WIB

Sepanjang 2020, Terjadi 661 Kasus DBD di Kota Sukabumi

Awal 2021 ini Dinkes Kota Sukabumi berupaya mengantisipasi peningkatan kasus DBD

Rep: riga nurul iman/ Red: Hiru Muhammad
ilustrasi.Pasien penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (5/2).
Foto: Antara/Budiyanto
ilustrasi.Pasien penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) R Syamsudin, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (5/2).

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Sepanjang Januari hingga Desember 2020 tercatat sebanyak 661 kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Sukabumi. Jumlah kasus ini berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sukabumi.

"Selama tahun 2020 kasus DBD mencapai sebanyak 661 kasus," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi, Lulis Delawati kepada Republika, Jumat (22/1). Di mana jumlah kasus terbanyak berasal dari Kecamatan Cikole, Cibeureum dan Baros.

Lulis menerangkan pada 2020 tercatat ada tiga warga yang meninggal dunia akibat DBD. Ketiganya berasal dari Kecamatan Cikole dan Citamiang serta meninggal dunia di bulan Januari 2020 sebanyak 1 orang dan Maret 2020 sebanyak 2 orang.

Lulis menerangkan, meninggalnya penderita DBD ini akibat dengue syok syndrom. Selain itu ada penyakit penyerta yang menyebabkan kondisi pasien memburuk pada saat penanganan di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi.

Menurut Lulis, pada awal 2021 ini Dinas Kesehatan Kota Sukabumi berupaya mengantisipasi peningkatan kasus DBD. Sebab pada akhir 2020 dan awal tahun 2021 ini mulai masuk musim penghujan.

Di mana dikhawatirkan terjadi genangan air yang rawan menjadi sarana berkembangbiaknya nyamuk DBD. Oleh karena itu Dinkes Kota Sukabumi mengeluarkan surat edaran (SE) mengenai kesiapsiagaan mengantisipasi peningkatan kasus DBD dan Leptospirosis di tengah pandemi Covid-19.

Dalam SE ini sambung Lulis, diharapkan ada kewaspadaan dari perangkat daerah dan masyarakat dalam pencegahan penyebaran penyakit DBD. Misalnya upaya pencegahan dan pemgendalian DBD dengan memperkuat pelaksanaan gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J).

Khususnya ungkap Lulis, dengan mengoptimalkan segenap anggota keluarga menjadi juru pemantau jentik (jumantik) di rumah masing-masing. Selain itu melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kegiatan menguras, menutup, mendaur ulang (3M) plus yaitu menghindari gigitan nyamuk di lingkungan rumah, perkantoram, tempat kerja, sekolah dan tempat-tempat umum.

Upaya lainnya dengan mengaktifkan kelompok operasional penanggulangan DBD (Pokjanal) di berbagai tingkatan RT, RW, Kelurahan, kecamatan hingalga tingkat kota. Berikutnya membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di seluruh lapisan masyarakat.

Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi meminta warga tetap mewaspadai penyebaran penyakit DBD di tengah pandemi Corona. Sebab dikhawatirkan kasusnya mengalami kenaikan.

Sehingga pemkot meminta warga menggalakan gerakan PSN dan PHBS di lingkungannya masing-masing. Sebab nyamuk berkembang biak di genangan air dan harus jadi perhatian.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement