Ahad 24 Jan 2021 09:50 WIB

Siapa pun Bisa Berbuat Baik, tapi Jauhi Haram Cuma Pilihan

Tak semua orang mampu jauhi haram beda dengan berbuat baik

Tak semua orang mampu jauhi haram beda dengan berbuat baik. ilustrasi amal saleh berbuat baik
Foto: Republika/Thoudy Badai
Tak semua orang mampu jauhi haram beda dengan berbuat baik. ilustrasi amal saleh berbuat baik

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, Amal saleh merupakan buah alami bagi iman dan gerakan yang didorong oleh adanya hakikat iman yang mantap di dalam hati.

Dalam tafsir Fi Dzilalil Quran, Sayyid Quthb menjelaskan tentang apa itu amal saleh. Menurut Quthb, sesuai dengan QS al-Ashr, orang-orang beriman yang mengerjakan amal saleh.

Baca Juga

Iman, dikatakan Quthb, merupakan hakikat yang aktif dan dinamis. Apabila sudah mantap di dalam hati, dia akan berusaha merealisasikan diri di luar dalam bentuk amal saleh.

Kendati demikian, ternyata, pada dasarnya perbuatan baik atau amal saleh memang sudah sepatutnya dilakukan Muslim. Yang masih menjadi tantangan dan berat adalah menjaga diri dari perkara haram.    

قال الإمام سهل بن عبد الله التستري أعمال البر يأتيها البر والفاجر  ولكن الكف عن المحارم لا يستطيعه إلا الصديقون Imam Sahal bin Abdullah at-Tustari berkata: Perbuatan baik, bisa dilakukan siapa saja, orang baik dan orang tak baik. Tetapi menahan diri dari perbuatan haram, tidak disanggupi kecuali oleh orang-orang shiddiqun (benar-benar jujur dan murni keimanannya).” 

“Tidak hanya orang-orang baik dan shaleh yang bisa berbuat baik, orang-orang yang durjana pun juga bisa melakukan perbuatan baik, setidaknya dalam pandangan manusia. Banyak orang yang bisa pergi haji, sedekah, dan shalat sementara dia dalam pandangan Allah adalah orang-orang fasik, na’udzubillah,” kata Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, dalam keterangannya, Ahad (24/1).  

Ustadz Yendri mengatakan, tidak semua orang yang mampu menahan diri dari hal-hal yang diharamkan agama; baik dalam perbuatan, perkataan, komentar, penilaian negatif, fitnah, gunjing, dan sebagainya, kecuali mereka yang benar-benar jujur dalam keimanan dan dalam rasa takut pada Allah SWT. 

“Semoga Allah SWT jadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang senantiasa takut pada-Nya meskipun dia sendirian, tak ada siapa yang melihat selain Dia Yang Mahamengawasi,” kata alumni Al-Azhar Mesir ini.   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement