REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebutkan Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Rabu (27/1) ini mengeluarkan awan panas guguran sebanyak 22 kali. Jarak maksimum awan panas guguran ini sejauh 1.600 meter ke arah barat daya.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta, Rabu, mengatakan amplitudo awan panas maksimum 60 mm dengan durasi 197 detik. "Estimasi jarak maksimum 1.600 meter ke arah barat daya (hulu Krasak dan Boyong), tinggi kolom teramati tersapu angin kencang dari Barat ke Timur rata puncak," kata Hanik.
Selain awan panas guguran, selama periode pengamatan pukul 06.00 sampai 12.00 WIB, BPPTKG juga mencatat 4 kali guguran material dengan jarak luncur maksimum 800 meter ke arah barat daya (Kali Krasak, Boyong). BPPTKG juga merekam satu kali gempa awan panas guguran dengan amplitudo 22 mm dan durasi 83-197 detik, 80 kali gempa guguran dengan amplitudo 4-35 mm dan durasi 14-142 detik, lima kali gempa hembusan dengan amplitudo 3-8 mm dan durasi 16-62 detik, dan satu kali gempa hybrid/fase banyak dengan amplitudo 9 mm, dan durasi 7 detik.
BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga dengan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi sungai Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer. Sedangkan apabila terjadi letusan eksplosif, lontaran material vulkanik dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.