REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang wanita Amerika Serikat membagikan kisahnya ketika memutuskan menjadi mualaf dengan memeluk Islam dan mengenakan hijab. Ia merasakan banyak perbedaan dalam hidupnya. Begitupun, dengan menggunakan hijab. Bukan saja membuat perasaannya menjadi nyaman, ia juga merasa dimuliakan. Wanita itu adalah Jaime Brown. Ia membagikan kisahnya dalam sebuah sesi tanya jawab sebagaimana dilansir Iqna.ir pada Selasa (2/2).
Brown memeluk Islam dengan melafazkan dua kalimat syahadat pada Desember 2010 ketika dirinya berada di Kota Casablanca, Maroko. Namun, sebenarnya, Brown sudah mendapatkan cahaya hidayah Islam ketika dirinya tinggal di Hollywood, Los Angeles, Kalifornia. Saat itu, Brown menyadari dirinya sangat ingin berhijrah, melafazkan syahadat di suatu negara Muslim. Karena itulah, ia memilih Maroko.
"Saya hanya ingin memulai hidup saya dari awal lagi sebagai seorang Muslim. Saya tahu, saya tidak bisa melakukannya tinggal di LA dengan pekerjaan yang sama, teman yang sama, suasana yang sama, dan situasi yang sama. Saya tahu bahwa saya akan menjadi seperti orang baru segera setelah saya mengucapkan syahadat. Jadi, saya ingin memulai hidup saya di negara Muslim di mana saya bebas menjadi seorang Muslim," kata Brown.
Brown menceritakan, ketika pesawat yang dinaikinya mendarat di Maroko, hal yang pertama dilakukannya adalah pergi ke kamar mandi bandara dan untuk pertama kalinya ia mengenakan hijab. Meski Brown mengaku cara mengenakan hijabnya kala itu belum cukup baik, sejak itu, ia tidak pernah melepasnya.
Brown juga mengakui alasan dirinya memeluk Islam adalah karena membaca Alquran. Brown menemukan setiap jawaban dari persoalan-persoalan hidupnya dalam Alquran. Dan baginya, Alquran merupakan kitab yang dapat dipahami.
"Saya tahu, sebagian dari (agama yang sebelumnya dia anut) tidak masuk akal, jadi saya selalu mencari jawaban tidak berhasil. Ketika saya membaca Quran, itu masuk akal. Saya tahu semua jawaban yang saya cari ada di kitab itu," kata Brown.
Sejak itu, Brown yang berprofesi sebagai manajer produksi film, video, dan musik memutuskan meninggalkan kehidupan glamornya di Beverly Hills. Dan ia pun memilih mengemas barang-barangnya dan pergi ke Maroko yang belum pernah dikunjunginya sama sekali. "Tapi, alhamdulillah, semuanya berhasil dan itu adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat," katanya.
Brown sangat merasa spesial ketika masuk Islam dan mengenakan hijab. Bagi Brown, hijab bukan sekadar syal atau kerudung. Namun, hijab menurut Brown adalah menunjukkan cara seorang wanita berperilaku, membawa dirinya sendiri, memancarkan kebijaksanaan, penuh kesopanan, dan melindungi kehormatannya. Bertepatan dengan peringatan hari hijab internasional pada Senin (1/2), Brown menilai, sangat penting untuk mengakui bahwa menggunakan jilbab merupakan cara hidup yang harus dianggap normal dalam masyarakat modern.
"Sejujurnya, memakai hijab adalah perasaan terbaik. Tentu, suatu hari, Anda akan merasa panas atau mungkin frustrasi, tetapi perasaan itu berlalu dengan cepat. Benar-benar memberdayakan berada dalam jilbab, baik secara internal maupun eksternal. Ini bukan hanya sepotong kain, ini lebih dari itu," katanya.
Brown juga mengomentari gerakan Islamofobia dan antihijab yang terjadi di Eropa. Menurut Brown, Prancis menjadi negara paling radikal dalam gerakan antihijab. Menurut Brown, Prancis merupakan contoh terburuk memperlakukan Muslim.
"Setiap pemerintah, memiliki kewajiban melindungi warganya untuk tidak menciptakan kebencian dan kebijakan yang tidak perlu dan tidak adil terhadap kelompok tertentu yang diasingkan," katanya.