Selasa 02 Feb 2021 17:34 WIB

Partai NLD Serukan Pembebasan Suu Kyi

Militer Myanmar menahan Suu Kyi dan Presiden Win Myint.

 Penduduk Myanmar yang tinggal di Jepang dengan potret pemimpin de facto pemerintah Myanmar Aung San Suu Kyi menggelar unjuk rasa di depan Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa di Tokyo Senin, 1 Februari 2021, setelah militer Myanmar mengambil kendali negara itu selama satu tahun .
Foto: Kyodo News
Penduduk Myanmar yang tinggal di Jepang dengan potret pemimpin de facto pemerintah Myanmar Aung San Suu Kyi menggelar unjuk rasa di depan Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa di Tokyo Senin, 1 Februari 2021, setelah militer Myanmar mengambil kendali negara itu selama satu tahun .

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite eksekutif partai Liga Nasional untuk Demokrasi Myanmar (NLD) menyerukan pembebasan pemimpin mereka, Aung San Suu Kyi, serta Presiden Win Myint yang ditahan oleh pihak militer dalam waktu "secepat mungkin".

Pernyataan yang diunggah di halaman Facebook dari akun pejabat partai May Win Myint juga menyerukan pengakuan atas hasil pemilihan tahun lalu yang dimenangi oleh NLD. Selain itu mereka juga menyerukan pembukaan sidang parlemen yang akan dimulai minggu ini.

Baca Juga

Keberadaan Suu Kyi tetap tidak diketahui lebih dari 24 jam setelah penangkapannya pada Senin dini hari (1/2). Satu-satunya komunikasi dari Suu Kyi muncul dalam bentuk pernyataan tertulis untuk mengantisipasi kudeta yang menyerukan protes terhadap kediktatoran militer.

Kudeta itu menyusul kemenangan telak bagi NLD dalam pemilu 8 November, akibat militer menolak untuk menerimanya dengan alasan tuduhan kecurangan yang tidak berdasar.

Tentara menyerahkan kekuasaan kepada Jenderal Min Aung Hlaing dan memberlakukan keadaan darurat selama setahun --menghancurkan harapan negara yang dilanda kemiskinan itu untuk menuju demokrasi yang stabil.

Jalan-jalan Myanmar sepi selama jam malam, yang sudah diberlakukan untuk menghentikan penyebaran virus Corona. Pasukan dan polisi anti huru-hara mengambil posisi di Ibu Kota Naypyitaw, dan kota pusat perdagangan utama Yangon.

Pada Selasa pagi, sambungan telepon dan internet telah pulih. Namu pasar yang ramai menjadi sepi dan bandara di pusat komersial Yangon ditutup.

Bank-bank di Yangon dibuka kembali setelah menghentikan layanan keuangan sehari sebelumnya karena koneksi internet yang buruk dan di tengah upaya penarikan uang tunai yang terburu-buru.

Penduduk setempat khawatir pergolakan tersebut akan semakin merugikan ekonomi, yang masih belum pulih dari wabah Covid-19. “Bisnis melambat karena pandemi bahkan sampai sekarang, kemudian terjadi konflik politik. Mata pencaharian tidak mudah,” kata seorang warga Myanmar Aung Than Tun, yang bekerja sebagai pengemudi taksi.

sumber : Reuters/antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement