REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk mencatatkan laba bersih unaudited senilai Rp 1,61 triliun sepanjang 2020. Adapun realisasi ini naik 671,6 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Plt Direktur Utama BTN Nixon Napitupulu mengatakan perseroan melakukan banyak downgrade sejak 2019, sehingga mampu memperbaiki kinerja bisnis pada tahun lalu.
“Laba bersih kami tumbuh sangat tinggi sekali sampai 671 persen. Kami lakukan bersih-bersih sekarang sudah mulai pelan-pelan kita perbaiki, sehingga laba bersih Rp 1,6 triliun,” ujarnya saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR secara virtual, Selasa (2/2).
Tak hanya capaian kenaikan laba bersih, BTN juga mencatatkan perbaikan rasio kredit terhadap pendanaan atau loan to deposit ratio (LDR) pada level 93,19 persen. Meskipun penyaluran kredit masih di atas 100 persen.
“Ini pertama kalinya BTN mencatatkan LDR di bawah 100 persen dan membuat perusahaan selalu memiliki masalah likuiditas,” ucapnya.
Tercatat sepanjang 2020 penyaluran kredit BTN tumbuh 1,7 persen yang didorong oleh kredit konsumer sebesar 3,2 persen sedangkan kredit komersial minus 9,6 persen. Nixon menjelaskan kredit konsumer paling besar disumbang oleh kredit KPR subsidi tumbuh 7,8 persen dan kredit komersial terutama kredit konstruksi minus 0,8 persen.
Kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sebesar 4,24 persen pada akhir tahun lalu dengan tingkat coverage mencapai 117,30 persen. Kemudian rasio margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) turun 3,07 persen dari posisi 3,32 persen pada 2019.
Dari segi aset, BTN mencatatkan kenaikan 16,2 persen menjadi Rp 362,23 triliun dibandingkan 31 Desember 2019 senilai Rp 311,7 triliun.