REPUBLIKA.CO.ID, ACEH UTARA -- Mayoritas pengungsi itu memiliki kartu dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), yang berarti mereka telah resmi berstatus pengungsi dan mendapatkan hak internasional perlindungan di bawah UNHCR.
Pemerintah Daerah dibantu oleh sejumlah lembaga dalam dan luar negeri menyediakan tempat hunian yang layak, sandang dan pangan, sarana ibadah dan layanan kesehatan. Sedangkan untuk anak-anak, disediakan layanan psikososial.
Tidak hanya itu saja, para pengungsi tersebut juga mendapat berbagai pelatihan seperti menjahit, merajut, tata rias, bermain musik hingga bercocok tanam, dengan harapan nantinya para pengungsi memiliki keahlian, dapat hidup mandiri dan menata kehidupan mereka setelah meninggalkan Aceh.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan tegas menyatakan, atas dasar kemanusiaan, Indonesia memutuskan untuk menerima sementara pengungsi etnis Rohingya yang saat ini berada di Aceh. Kendati demikian, Indonesia tetap memprioritaskan pemulangan para etnis Rohingya ke Rakhine dengan selamat. Oleh sebab itu, ia berharap suasana di Rakhine bisa segera kondusif agar penderitaan etnis Rohingya bisa segera selesai.
"Prioritas utama adalah membawa kembali para pengungsi Rohingya ke negara asalnya di Rakhine state, Myanmar, dengan cara yang aman, sukarela dan bermartabat," ucap Retno.