REPUBLIKA.CO.ID, Dalam sebuah studi terbaru, para peneliti menyebut jika vaksin Covid-19 AstraZeneca tidak hanya bisa mencegah orang terpapar virus corona. Melainkan, juga bermanfaat mengurangi penularan virus dan menawarkan perlindungan yang kuat selama tiga bulan hanya dengan satu dosis.
Penemuan awal dari Universitas Oxford, selaku salah satu pengembang vaksin, dapat membuktikan strategi kontroversial pemerintah Inggris untuk menunda suntikan kedua hingga 12 pekan. Namun demikian, studi ini diakui para peneliti belum ditinjau lebih lanjut.
Dalam pelaksanaanya, relawan di penelitian ini melakukan penyekaan hidung secara teratur. Tingkat usapan virus positif - dari mereka yang memiliki gejala Covid-19 dan mereka yang tidak memiliki gejala Covid-19 adalah 67 persen lebih rendah pada kelompok yang divaksinasi.
“Itu pasti memiliki efek yang sangat menguntungkan pada transmisi,” kata pemimpin peneliti Oxford, Sarah Gilbert dikutip dari Alarabiya, Kamis (4/2)
Para peneliti juga melihat seberapa besar kemungkinan orang yang telah divaksinasi terkena infeksi bebas gejala. Dalam satu subset relawan, ada 16 infeksi asimtomatik di antara kelompok yang divaksinasi dan 31 di kelompok pembanding yang tidak divaksinasi.
Baca juga : Peneliti: Tidak Pernah Ada Orang Meninggal karena Divaksin
Melihat studi itu, Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan, penelitian tersebut seolah mendukung strategi yang diambil pihaknya untuk memastikan lebih banyak orang mendapatkan setidaknya satu suntikan vaksin. Keputusan Inggris, sejauh ini memang telah dikritik karena berisiko pada negara-negara Eropa lainnya.
Sementara itu, Stephen Evans dari London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan, saran penelitian bahwa satu dosis melindungi orang selama 12 pekan memang berguna. Namun, keberhasilannya ia sebut tidak pasti.
Dia menambahkan, penulis sendiri juga mengakui jika penelitian mereka tidak dirancang untuk menyelidiki jadwal pemberian dosis vaksin. Bahkan, kesimpulan mereka didasarkan pada model statistik, bukan pasien sebenarnya yang dilacak dari waktu ke waktu. “Ini jelas bukan bukti yang sangat kuat, tetapi juga tidak ada indikasi bahwa ini adalah hal yang salah untuk dilakukan,” kata Evans.
Menanggapi hal tersebut, salah satu peneliti Oxford, Andrew Pollard mengatakan, para ilmuwan juga yakin jika vaksin AstraZeneca akan terus menawarkan perlindungan terhadap varian baru Covid-19. Meskipun, pada dasarnya mereka juga masih menunggu datanya.
“Jika kami memang perlu memperbarui vaksin, maka ini sebenarnya proses yang relatif mudah. Hanya membutuhkan beberapa bulan, bukan upaya besar yang dilakukan setiap orang tahun lalu untuk menjalankan uji coba skala besar, ”kata Pollard.
Baca juga : Presiden: Lacak Paling tidak 30 Orang yang Kontak
Kendati demikian, di AS, Anthony Fauci, pakar penyakit menular terkemuka di Amerika Serikat, menolak gagasan untuk dengan sengaja menunda dosis kedua lebih lama. Menurut dia, AS akan mengikuti sains dan data dari uji klinis. Dua dosis vaksin Pifzer dan Moderna seharusnya ia sebut memang diberikan dalam waktu tiga dan empat pekan.
Namun, dengan adanya penelitian dari Oxford sebelumnya, nyatanya bisa menjadi kabar baik dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus. Sekaligus, juga menyarankan cara untuk mengurangi kekurangan vaksin dan memberikan suntikan ke lebih banyak orang dengan lebih cepat.
Sejauh ini, ketiga pabrikan vaksin itu memang mengeluarkan hasil efektif dari 70 hingga 95 persen dalam uji klinis. Tetapi, tidak jelas apakah vaksin juga dapat menekan penularan virus. Khususnya pada yang telah diinokulasi dan menularkannya kepada orang lain. Oleh sebab itu, para ahli menegaskan, orang yang telah divaksinasi pun harus terus memakai masker dan menjaga jarak dari orang lain.